Lihat ke Halaman Asli

PSD Jilid 8 dan 9 akan Dibedah di UAD Jogja

Diperbarui: 31 Desember 2018   12:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : dokpri

Sumber : dokpri

PENDEKAR SENDANG DRAJAT SERI 8 DAN 9 SEGERA DIBEDAH DI UAD JOGJAKARTA

Pendekar Sendang Drajat adalah serial novel karya Viddy Ad Daery yang bersetting daerah Lamongan Utara pada zaman akhir Majapahit abad 16 M. Di usia senja kekuasaannya, Kerajaan Majapahit yang rapuh secara politik kehilangan kendali "hukum". Tak ada lagi aturan, tak ada lagi moral, tak ada lagi tata susila. Kehidupan masyarakat kacau-balau: angkara murka merajalela, kejahatan merebak di mana-mana, perampok dan oknum penguasa semena-mena terhadap rakyat jelata.

Pada masa itulah berkelebatan seorang pendekar sakti mandraguna. Dalam pengembaraannya, sang pendekar kerap berikhtiar mengamankan kawasan pesisir utara dari sepak terjang kaum durjana. Namun, pendekar itu---yang merupakan cucu Sunan Drajat dan Sunan Sendang Duwur---tak hanya mengumbar kekerasan terhadap penjahat, tapi juga memberi pencerahan dengan bahasa dakwah yang lembut dan damai.

Melanjutkan tradisi SH Mintardja, Pendekar Sendang Drajat adalah novel silat tentang wilayah paling utara Majapahit di tahun 1500-an---wilayah itu dulu disebut Pamotan-Tuban (kini bernama Lamongan), tempat benteng pasukan Majapahit paling berani. Inilah karya yang mengungkap satu fragmen riwayat kerajaan terbesar di Nusantara yang tak terkupas oleh buku-buku sejarah kerajaan.

Dalam kenyataan, sosok seperti Pendekar Sendang Drajat itu memang ada, namun tentu saja namanya bukan Raden Ahmad. Dalam buku "SEJARAH SUNAN DRAJAT" karya Tim Peneliti dan Penyusun Sejarah Sunan Drajat ( Surabaya 1998 ), disebutkan bahwa dalam Kasunanan Drajat yang masuk Kasunanan Sedayu ada sosok-sosok Pendekar Pengawal ( zaman sekarang mungkin SATPAM ), yang menjadi centeng yang mengamankan wilayah Kasunan Sedayu.

Pendekar Sendang Drajat adalah sosok semacam itu, yang tentunya sepak-terjangnya ditambah-tambahi oleh novelis Viddy Ad Daery sebagai bumbu penyedap sejarah. Dan hal semacam itu sah-sah saja sebagai karya fiksi berbasis sejarah.

Hal itu sudah dibahas panjang lebar dalam seminar BWCF (Borobudur Writers and Cultural Festival ) yang pertama, 7 tahun lalu, yakni tahun 2012.

Serial novel itu terus lancar mengalir dari tangan kreatif Viddy Ad Daery dan sekarang sudah menginjak jilid 8 dan 9. Konon menurut Fitri Merawaty, aktifis sastra dari Jogja, dua jilid PSD itu akan diluncurkan dan dibedah di acara BEDAH BUKU SASTRA di UAD ( Universitas Ahmad  Dahlan )  Jogjakarta pada awal tahun 2019.

( rilis penerbit Visi Amansentosa Dahsyat )




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline