Lihat ke Halaman Asli

Berani Klaim Gadjah Mada, Harus Hargai Kali Lamong!

Diperbarui: 17 Juni 2015   22:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14120962411505377312

Oleh : Viddy Ad Daery *) budayawan, peneliti Gajah Mada  van Modo sejak 1999, diundang jadi pembicara folklore Gajah Mada di Kongres Folklor Asia III di Jogja 2013. Viddy juga aktif sebagai produser film daerah.

[caption id="attachment_362900" align="aligncenter" width="630" caption="Peta Lamongan (Google Map)"][/caption]

Berbeda dengan bupati-bupati Lamongan yang dulu, Bupati Lamongan H. Fadheli berani dengan tegas mengklaim bahwa tokoh Asia Tenggara (Nusantara dalam konsep yang sesungguhnya), yaitu Gajah Mada adalah putra kelahiran Lamongan, karena itu Lamongan akan disebut dengan ikon “Bumi Gajah Mada”.

Namun mengklaim hal itu, tentu akan mendapat serangan dari teoritikus-teoritikus “Gajah Mada kelahiran Malang, Bali, Batak, Minang, Lampung, Kalimantan, Nusa Tenggara dan sebagainya”, kecuali dengan meneliti dan mengungkap peran Kali Lamong yang pernah sangat penting dan menentukan jalannya roda sejarah sejak zaman Airlangga hingga Majapahit dan berlanjut ke zaman Sunan-sunan.

Banyak kota-kota kuno dibangun di pinggir sungai, karena memang sungai adalah urat nadi kehidupan yang sangat penting di masa lalu, ketika sarana jalan raya belum bagus, dan transportasi udara belum ada.

Dan tentunya, ibukota-ibukota kerajaan besar juga dibangun di pinggir sungai, meski untuk beberapa kerajaan besar, membangun istananya agak masuk ke dalam, bahkan jaraknya sekitar setengah hari perjalanan dari pinggir sungai dengan alasan keamanan.

Fungsi penting sungai mulai surut ketika jalan-jalan raya darat mulai dibangun bagus, bahkan diaspal dan dibeton, saat itu perjalanan darat lebih disukai karena cepat dan nyaman. Apalagi ketika pesawat terbang ditemukan, perjalanan sangat cepat dan nyaman meski kurang aman, lebih dipilih banyak orang.

Namun, sebenarnya tidak semua Negara melupakan sungai yang pernah berjasa besar dalam sejarah kehidupan. Semua Negara maju di dunia bahkan makin memperbagus sungainya. Malahan Negara-negara Asia tenggara yang notabene belum lama merdeka karena dijajah oleh Negara-negara Barat, relatif masih menghargai sungainya.

Sungai di Singapura masih dijaga kebeningannya meski tidak lagi berfungsi kecuali untuk sarana wisata, demikian juga Malaysia dan Brunei. Tetapi Thailand masih memfungsikan sungainya secara maksimal. Transportasi sungai bahkan dianggap lebih unggul untuk mengatasi kemacetan transportasi darat.

INDONESIA MENGKHIANATI SUNGAI

Hanya di Indonesia sungai dikhianati. Ya dikhianati, karena bukan hanya dilupakan fungsinya, bahkan dihancurkan, yaitu diracun, dijadikan pembuangan sampah, dipenggal-penggal untuk bendungan bahkan kemudian diurug dan dihilangkan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline