Lihat ke Halaman Asli

Gestok ORBA '65, Mundurnya Peradaban Nusantara

Diperbarui: 29 September 2017   06:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak proklamasi kemerdekaan, banyak pemberontakan yang terjadi di Indonesia. Entah itu dari PKI dan DI/TII yang memperjuangkan Ideologi berbeda, atau PRRI dan Permesta yang mentargetkan pengulingan Presiden Soekarno, sampai gerakan-gerakan pemisahan diri dari NKRI, seperti RMS, GAM, dan OPM. Tetapi dari semua kejadian masa lampau itu, maka Gestok-lah yang paling destruktif untuk Indonesia. Gerakan Satu Oktober 1965.

Mungkin kita lebih mengenalnya sebagai G30S PKI, seperti yang rezim Orde Baru lebeli. Tetapi saya akan melebelinya sebagai Kudeta Gestok ORBA '65, karena menurut saya pribadi, ini semua adalah grand design pengkhianat bangsa beserta teman intelegen sekutu mereka.

Hmmm... apakah itu terlalu berlebihan? Saya pribadi juga tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi saat itu, wong saat itu terjadi, Ayah dan Ibu saya saja belum menikah kok. Tetapi fakta sejarah terlihat sangat jelas dalam kacamata saya.

  1. Bahwa Presiden Soekarno memiliki ideologi Marhaenisme, yang condong ke kiri ( Socialism ), Bahkan Pancasila itu sebenarnya bernafaskan kiri lho, lihat saja sila ke-5. Dan PKI adalah ekstrim kiri, yang artinya motivasi PKI untuk menggulingkan Soekarno, tidak akan terlalu kuat.
  2. Presiden pertama Indonesia ini juga cendrung lebih dekat dengan Uni Soviet ( sekarang Russia )yang adalah negara komunis. Padahal banyak pemberontakan di Indonesia, bahkan dunia ini, disponsori oleh pihak asing. Rasanya lucu Uni Soviet ikut mensponsori PKI dalam menggulingkan koleganya.
  3. Orang-orang yang menculik para Jendral itu adalah tentara juga, dengan pimpinan Letkol Untung. Lho, kok... bukan PKI yang culik ya? bukannya Petani dipersenjatai oleh PKI di masa itu?
  4. Ada 7 Jendral yang di target saat itu, 2 diantaranya adalah Brigadir Jenderal Soetoyo Siswomihardjo, dan Brigadir Jenderal DI Pandjaitan. Ya, pangkat mereka Brigjen, atau Jendral bintang 1, Sedangkan Soeharto yang berpangkat Mayjen atau Jendral bintang 2, aman-aman saja, bahkan tidak masuk ke dalam target operasi. Mungkin beliau belum daftar ulang kala itu, jadinya lolos deh. Atau mungkin juga....
  5. Kegiatan penumpasan para senior Sang Mayjen ini anehnya memuluskannya dalam mengambil kekuasaan dari Presiden Soekarno, dengan Supersemar yang keberadaannya masih misteri Ilahi. Dan beberapa saat setelah Sang Mayjen berkuasa penuh atas Indonesia, dihamparkannyalah karpet merah bagi Freeport dalam mengeksploitasi mineral dari tanah Papua. Mungkin karena itu sang Mayjen yang beruntung, jadi terlihat senyum terus.

Itulah kira-kira pemahaman dangkal saya mengenai Gestok ORBA '65 yang misterius itu. Terlalu banyak keanehan fakta sejarah yang memperkuat dugaan saya jika itu adalah kongkalikong negara barat dengan Jendral Penghianat bangsa. Tapi apakah artinya saya mendukung PKI? Tentu tidak. Buat saya Komunis itu sebuah Utopiayang sangat sulit untuk terwujud, apalagi di dunia yang sudah sangat terhubung tanpa batas seperti sekarang. Lagipula dengan menganut sistem komunis Indonesia akan memiliki bom waktu yang sangat berbahaya. Bila yang jadi pucuk pimpinan adalah orang gila, maka menderitalah 250 juta kepala di Indonesia ini.

---INDONESIA DI AWAL KEMERDEKAAN---

555fb5440423bd574a8b4567-59cd899eff24051e12104062.png


Mari kita belajar lagi mengenai diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 itu. Tahukah anda, jika Indonesia adalah pelopor pembangkangan terhadap kolonialisme? Silahkan saja googling, dan perhatikan negara-negara yang mengalami kolonialisme seperti Indonesia. Mereka baru merdeka setelah tahun '45, dan bahkan kebanyakan mendapatkan kemerdekaannya dengan diberi oleh negara penjajah mereka. Tengok saja Republik Demokrasi Vietnam (2 September 1945), Filipina (4 Juli 1946), Pakistan (14 Agustus 1947), India (15 Agustus 1947), Birma (4 Januari 1948), Ceylon (4 Februari 1948), dan lain sebagainya.

Jadi jangan aneh jika Konfrensi Asia Afrika, pada April '54, yang dihadiri negara-negara yang berhasil membebaskan diri dari kolonialisme itu, diadakan di Bandung.

Silahkan buka peta dunia, atau Google Map, dan perhatikan dimanakah Asia, dimanakah Afrika, dan dimana Bandung. Kota Kembang ini berada di ujung Asia, bukan ditengah-tengah antara Asia dan Afrika.

Silahkan bayangkan bagaimana perwakilan Ghana dari Afrika, yang dengan senang hati melakukan perjalanan mengitari dunia yang rasanya belum bisa memakai pesawat terbang menuju Bandung, tanpa mengeluh "Kenapa pertemuannya tidak dilangsungkan di Mesir saja yang adalah perbatasan antara Asia dan Afrika saja sih?". Karena semua negara yang baru terbebas dari kolonialisme itu sangat menghargai Bangsa ini, sebagai pelopor dalam perlawanan terhadap penjajah.

Sebuah negara yang adalah pemikir kritis, pemimpi besar dan pemberani. Negara yang dapat menelurkan Ideologi Pancasila yang adalah jalan tengah dari 2 extrim ideologi kala itu, Kapitalis dan Komunis. Dan sangat disegani oleh dunia.

Tetapi memang setelah merdeka, jalan Indonesia tidaklah mulus, karena masih dirongrong oleh Agresi Militer Belanda yang tak rela Pundi-pundi emas mereka memerdekakan diri. Belum lagi banyak pemberontakan yang disponsori oleh sekutu. Mungkin mereka sakit hati, karena Indonesia inilah, akhirnya jajahan mereka terinspirasi juga untuk memerdekakan diri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline