Lihat ke Halaman Asli

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Marah Disela Berpidato Ada Yang Tertidur

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

PENDAHULUAN

Dalam pembahasan kali ini, saya akan coba menguraikan hasil analisi pernyataan kepribadian dari salah satu tokoh ketua partai politik di indonesia partai DEMOKRAT Susilo Bambang Yudhoyono selaku ketua partai sekaligus Presiden Repoblik Indonesia terpilih saat ini. Data pengamatan yang saya ambil bersumber dari salah satu postingan rekaman yang saya downloadlewat youtube. Linknya boleh saudara buka di bawah ini :

http://www.youtube.com/watch?v=89X9PdNmWw4

PEMBAHASAN

Dari hasil pengamatan dalam format rekaman video tersebut, dapat di simpulkan beberapa ciri-ciri pernyataan kepribadian ketua umum partai DEMOKRAT Susilo Bambang Yudhoyono selaku ketua partai sekaligus Presiden Repoblik Indonesia terpilih saat ini.

Berikut urayannya :

Dalam pidato kali ini Presiden menyampaikan dalam kerangka tema : “Bersatu mewujutkan Indoneia ramah anak” yang di angkat pada peringatan hari anak nasional tahun 2014. Presiden menyampaikan bahwa pemerintah memperhatikan peningkatan kualitas pendidikan dan pelayanan kesehatan bagi anak-anak.

Uniknya saat memberikan pidato presiden menegur hadirin yang tertidur saat dirinya sedang berpidato. Pada saat berpidato perhatian presiden teralihkan dan langsung menegur hadirin yang tertidur. Katanyanya “Coba tolong yang di belakang jangan tertidur yah. Ada satu dua orang yang ngantuk barangkali, bangun. Baik dengarkan lagi sekarang”perhatiannya langsung teralihkan dengan matanya melirik kekiri di iring wajah bergerak menyerong ke kiri, kepala yang menunduk ke bawah dan sudut pandang terarah ke depan, langsung menegur hadirin yang hadir sambil menunjuk dengan tangan kanan menggunakan jari telunjuk selaras dengan arah jari yang di tunjukan.

Hal ini bisa di artikan sebagai tanda peringatan untuk memperhatikan penyampayan yang di sampaikan. Namun menurut Herman Strehle dalam buku; meinen, gesten und gebardenmenuliskan bahwa Pandangan mata dan wajah bergerak menyerong ke kiri terarah ke depan, bisa di sebut juga pandangan menyerang, pandangan menyerang yaitu bayangan yang terbentuk pada selaput jala adalah tidak jelas dibandingkan dengan pandangan lurus. Dengan arti lain pandangan ini menyampaikan pengertian secara rahasia, di berikan juga dengan arah pandangan yang menyerang yang di lemparkan seseorang ke orang lain.

Sedangkan tangan kanan yang menunjuk dengan jari telunjuk menunjukan ke satu arah menurut Herman Strehle dalam buku; meinen, gesten und gebardenmenuliskan bahwa gerakan tangan di sertai jari telunjuk menunjuk ke satu arah sering dilakukan untuk mengarahkan perhatian pada benda yang ada didalam ruangan atau menunjuk seseorang. Seorang dapat menyatakan keadaan emosionalnya, misalnya tegang atau santai, mengantrol sinkornasi, mendapatkan feedback atau respon yang sesuai, sehingga dapat mengatur/menyesuaikan percakapan yang berlangsung.

Jadi dapat di simpulkan bahwa bentuk pernyataan ini jika di tinjau dari faktor situasi/keadaan yang ada di ligkungan, dapat muncul bila adanya satu kejanggalan dalam satu interaksi jika maksut yang di tujukan tidak sesuai dengan harapan yang ada. Bisa di katakan bentuk teguran verbal dan non verbal yang di nyatakan oleh presiden sesual dengan konteks/tujuan yang di maksut, karna bisa kita lihat bahwa rangkayan kegiatan yang di adakan merupakan serangkayan acara kenegaraan yang formal yang memiliki nilai-nilai norma dan moral yang tinggi yang memerlukan kesadaran dari setiap pihak yang bersangkutan dalam kegiatan acara tersebut.

Bentukpernyataan serta teguran yang sama oleh presiden, bisa kita lihat pada cuplikan tayangan video selanjutnya dalam satu rangkayan acara yang berbeda yakni dalam pembukaan acara pembekalan konsolidasi pemerintah daerah di gedung wenhanas pada tahun 2008. Saat itu hal serupa terjadi yaitu ada beberapa peserta yang tertidur sehinggasecara langsung presiden langsung menegur dan memerintahkan peserta yang tertidur untuk bangun.

Presiden memerintahkan katanya “coba itu bangunkan yang tidur, iya, iya, kalo tidur di luar saja”, sambil tangan kanan menunjuk menggunakan jari telunjuk ke arah yang di tujukan.

Herman Strehle dalam buku; meinen, gesten und gebardenmenuliskan bahwa gerakan tangan di sertai jari telunjuk menunjuk ke satu arah sering dilakukan untuk mengarahkan perhatian pada benda yang ada didalam ruangan atau menunjuk seseorang.

Kemudian melanjutkan dengan mengatakan “Malu kepada rakyat,di pilih langsung saudara oleh rakyat. Untuk berbicara memasukan rakyatnya saja tidur”. Sambil melihat ke kiri dan ke kanan dengan posisi keduatangan menopang mimbar,dan tangan kanan mengetuk mimbar bersamaan dengan kepala yang di anggukan ke bawah serta ekspresi wajah yang datar/tegang.

Mengndikaskan bahwa adanya kesediaan bertindak, merupakan sikap permulaan segala tidakan.Jadi memberikan ketenangandan kepercayaan diri untuk menjalankan sesuatu.Herman Strehle dalam buku; meinen, gesten und gebarden”.

Tangan menopang mimbar mengesankan sikap yang mendominasi dalam buku Herman Strehle; meinen, gesten und gebarden” menguraikan bahwa Orang yang berpidato di atas mimbar/podium, secara situasional berada di tempat yang lebih tinggi, maka dari sisi hirarki kekuasaan berarti menempatkan dia pada posisi yang lebih tinggi (dominating).

Kemudian presiden lanjut mengatakan dengan menekankan pernyataan “Jangan main-main dengan tanggung jawab” bentuk ekspresi wajah yang tegang, di iringi dengan tangan kanan yang menunjuk menggunakan jari telunjuk ke arah atas dengan tinggi sejajar dengan batas hidung, selanjutnya bergerak ke arah samping kiri dengan sudut pandang yang memantau keadaan sekeliling.

Herman Strehle dalam buku; meinen, gesten und gebarden” menguraikan bahwa jari telunjuk menunjuk ke satu arah sering dilakukan untuk mengarahkan perhatian pada benda yang ada didalam ruangan atau menunjuk seseorang. Jika arah yang di tunjuk ke atas bisa di artkan dengan kekuasaan tertinggi.

Lanjutnya lagi, “Berdosa, bersalah, malu kepada rakyat kalo kita tidak bisa mengendalikan diri kita, kepemimpinan berangkat dari diri kita” dengan gerakan kepala yang menekan ke bawah, ekspresi wajah datar/tegang dengan kerutan-kerutan horizontal pada dahi, mata terbuka penuh, di lanjutkan dengan posisi badan berdiri tegap ,lingkar dada di mekarkan ke depan di sertai gerakan tangan kanan terarah menjamah tepat di tengah-tengah dada dan tangan kiri menopang mimbar.

Dalam bukuHerman Strehle dalam buku; meinen, gesten und gebarden” Kerut - kerut di dahi yang terlihat sebagai garis - garis mendatar terjadi jika kita membuka mata semaksimal mungkin, sehingga dengan sendirinya kulit dahi terangkat. Karena itu dengan kulit dahi terangkat dan mata terbuka semaksimal mungkin, dapat ditemukan pada mimik takut, kekaguman, kurang mengerti.

Gerakan dan sikap badan berdiri tegaplingkar dada di mekarkan ke depan di sertai gerakan tangan kanan terarah menjamah tepat di tengah-tengah dada dan tangan kiri menopang mimbar. Dalam bukuHerman Strehle dalam buku; meinen, gesten und gebarden menjelaskan bahwa bagian atas badan ada hubungannya dengan perafasan, yaitu dengan membesarkan rongga dada dan ini menabah rasa kuasa dan kesediaan bertindak.

Tangan kiri menopng mimbar di kombinasikan gerakan tangan kanan memegang dada serta posisi badan yang berdiri tegap, mengndikaskan bahwa adanya kesediaan bertindak, merupakan sikap permulaan segala tidakan.Jadi memberikan ketenangandan kepercayaan diri untuk menjalankan sesuatu. Herman Strehle dalam buku; meinen, gesten und gebarden

Jadi bisa di simpulkan bahwa dari urayan pernyataan di atas, merupakan suatu bentuk peringatan/teguran yang di tujukan kepada peserta yang kurang memperhatikan, dengan katalain mengabaikan narasumber yang berbicara di depan, yaitu Presiden sendiri, dan itu merupakan suatu tindakan yang kurang normatif dalam kehidupan masyarakat yang beradab terlebih dalam suatu acara resmi kenegaraan.

KESIMPULAN

Dari pernyataan di atas dapat di simpulkan bahwa presiden meiliki karakter kepribadian yang mampu mengontrol diri, mampu mengarahkan emosi kepada sasaran yang terkontrol, mampu memberi nasihat serata mampu menguasai keadaan. Hal ini wajib di miliki seorang pemimpin, karena selain di tuntut memiliki wawasan dan pengetahuan yang luas, seorang pemimpin diwajibkan memiliki sikap yang bertanggung jawab di dalam diri yang mampu mengontrol diri, mengontrol emosi dengan harapan agar mampu membawa masadepan bangsa dengan sikap mental kepemimpinan yang stabil, terkontrol sehingga mampu menguasai keadaan baik di dalam negri maupun hubungan di luar negri.

Sekian ulasan saya, semoga bermanfaat bagi pembaca. Terima Kasih.

Sumber :

http://www.youtube.com/watch?v=89X9PdNmWw4

Herman Strehle; Meinen, Gesten Und Gebarden (Terjemahan oleh: DRA. Hanna Widjaja. Bandung 1983)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline