Karena Allah maha pengampun dan penyayang, atas nama Allah yang maha pengasih dan penyayang, kalimat-kalimat yang selalu kita dengar bahkan ucapkan hampir setiap hari dalam doa-doa kita yang kita panjatkan kepada Allah, yang sifat dan hakekatnya adalah kasih dan pengampun. Semua agama selalu mengucapkan dan mendasari dengan semua ini bahkan bukan agama samawi saja tetapi agama lain pun mengakui sifat Allah yang pengasih, penyayang dan pengampun.
Setiap hari kita berdoa menggunakan kalimat di atas membawanya kepada Allah untuk mengampuni dosa-dosa kita, seolah-olah mengingatkan Allah bahwa Ia maha pengampun sehingga belas kasihNya turun atas kita yang berdosa ini, namun bagaimana bisa Allah mengampuni kita jika kita tidak mau mengampuni orang lain, tidak mau mengisi hati dengan kasih. Kira-kira apa yang dipikirkan Allah ketika kita datang kepadanya setiap hari mohon ampun mengagung-agungkan namanya yang maha pengampun dan penyayang namun kita tidak mengerti arti mengampuni dan mengasihi.
Mungkin ada yang menjawab, kan bukan sesama saya, kan orang kafir, kalau begitu ampuni saja para koruptor dan penjahat, dan dari sebelah lain akan menjawab kalau begitu bisa donk kalau pacar saya memaki saya atau siapapun memaki saya danb ikin saya sakit hati saya penjarakan..kalau jawaban-jawaban kita begitu, sebaiknya kita semakin belajar dengan giat tentang iman kita, tatanan hidup sosial, beragama dan bernegara, juga perlu belajar hukum, mana yang diatur negara yang harus kita ikuti dan mana yang dijalankan sesuai dengan hakekat Allah tadi dalam kehidupan sehari-hari.
Salah contoh yang diberikan Yesus mengenai pengampunan dalam sebuah perumpamaan, pls dibaca dengan makna yang luas. Yesus memberi contoh pengampunan banyak sekali karena memang itulah inti kedatanganNya di dunia mengampuni karena kasih dan itulah hakekat Allah.
Contoh diberikan dalam sebuah perumpamaan ini mengartikan seseorang yang sudah diampuni dosa-dosanya namun tetap tidak bisa mengampuni orang lain.
Source wikipedia yang dikutip dari kitab Injil Mat 18 : Perumpamaan ini menceritakan tentang seorang hamba yang tidak mengenal belas kasihan. Suatu ketika seorang raja menagih hutang seorang hambanya sebanyak sepuluh ribu talenta (perak). Hamba tersebut tidak mampu melunasi hutangnya, maka sang raja memerintahkan supaya ia dijual beserta anak-isterinya dan segala miliknya untuk membayar hutangnya. Hamba tersebut memohon belas kasihan sang raja dan sang raja mengabulkannya dan menghapus hutangnya.
Setelah keluar, hamba tersebut bertemu dengan seorang hamba lain yang berhutang seratus dinar kepadanya. Ketika ia menangkap dan mencekik kawannya itu dan menagih hutangnya, maka kawan tersebut memohon belas kasihan karena ia tidak mampu melunasi hutangnya. Tidak hanya menolak mengampuni, tetapi hamba yang tidak mengenal belas kasihan ini menjebloskan kawannya ini ke penjara sampai hutangnya lunas.
Mengetahui perbuatannya, maka kawan-kawannya yang lain sangat sedih dan melaporkannya kepada sang Raja. Raja itupun marah dan ia menyerahkan hamba yang jahat tersebut kepada algojo-algojo (atau para penyiksa) sampai hutangnya lunas.
Raja di dalam cerita tersebut melambangkan Allah, dan hamba yang berhutang adalah manusia yang berdosa. Ketika Allah mau menagih perbuatan dosa yang dilakukan manusia, maka manusia tidak mampu melunasi hutang dosa mereka, karena tidak ada yang dapat diperbuat manusia untuk melunasinya. Allah berhak untuk menghukum manusia karena hal tersebut, namun karena belas kasihannya, ia mengampuni manusia dan menghapus dosa-dosa mereka .
Manusia yang tidak tahu berterima kasih bertemu dengan saudaranya yang berbuat salah kepadanya, tidak mencontoh belas kasihan yang ditunjukkan oleh Allah, manusia malah menghakimi saudara mereka sendiri tanpa sedikitpun berbelas kasihan. Ia tidak belajar dari pelajaran yang diberikan oleh Allah bahwa Ia telah diampuni dan diberi belas kasihan, maka pada akhirnya Allah akan menghukum orang tersebut yang menindas sesamanya
Pengajaran yang senada juga didapat di Lukas 17:3-4, ketika Yesus mengajar murid-muridNya: