Lihat ke Halaman Asli

Victorina Augusklamasia

Praktisi komunikasi pemasaran

Anies & Helikopter

Diperbarui: 26 April 2017   08:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sekilas alasan naik helikopter mengejar macet dan menghargai waktu masuk akal, tetapi bisa jadi tiap hari akan seperti ini mengingat Jakarta setiap hari bahkan hampir setiap jam penuh kemacetan.

Bayangkan kalau tiap hari  berapa anggaran transportasi seperti itu atau seberapa hutang budi kalau ternyata heli nya ternyata dipinjamkan oleh pengusaha.

Banyak obrolan di masyarakat dan socmed tidak simpati dengan gaya gubernur terpilih ini, walaupun kedengarannya masuk akal, tetapi sebagai pemimpin seharusnya memikirkan dampak yang lebih jauh, nanti semua disalahkan dan dijadikan alasan. Seharusnya kalau memang tahu macet, sederhana saja, bisa berangkat lebih pagi karena diliat dari jamnya itu jam yang normal untuk meeting, bisa berangkat dua jam sebelumnya atau lebih, bersama-sama dengan masyarakat yang setiap hari berjuang pagi-pagi sudah di jalan. 

Saya yakin pak Anies pasti bangunnya juga pagi. Artinya seharusnya bisa memberi contoh untuk rajin, disiplin, berjuang,kuat,  tidak manja dengan fasilitas ataupun membebankan alasan pada kondisi yang normal. Apalagi lagi semangat-semangatnya mendapat kemenangan, harusnya lebih semangat berjuang pagi itu. Perjuangan masih panjang perlu pemimpin yang kuat dan mampu berjuang.

Rakyat  bangsa ini terutama Jakarta perlu support dan contoh bagaimana pemimpin yang mampu mengoptimalkan fasilitas yang tidak mewah. Apa yang diperlihatkan pak Anies, mengindikasikan cenderung ke feodalisme dan arogansi, dimana harus ada pelayan-palayan yang siap melayani, berbeda dengan yang sedang diusahakan oleh pemimpin bangsa ini dan kebangkitan pemimpin-peminpin daerah yang semakin berlomba memberi contoh pemimpin yang semakin memasyarakat.

Kesantunan bukan hanya dinilai dari keahlian merangkai kosa kata, tetapi juga bagaimana menghargai  pemimpin, memberi contoh yang mengarah kepada pengembangan kepribadian yang santun, implementasi kesederhanaan sikap dan hati, bukan hanya kata-kata. 

Dari gaya di awal mendapat kepastian kekuasaan, sudah menunjukkan gaya kelas tinggi, lalu bagaimana bisa sungguh-sungguh merasakan dan tahu apa  yang dialami oleh rakyat.

by Vika17

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline