Pilkada Jakarta membawa berbagai perasaan di hati masyarakat bukan hanya Jakarta saja bahkan seluruh bangsa ini, pengamatan saya berbagai status media social maupun obrolan ada kepedihan dirasakan dari berbagai iman kepercayaan. Bukan sekedar kalah menang tetapi banyak hal yang menyedihkan hati membuat banyak orang merasakan seperti patah hati ketika Ahok kalah, bukan sekedar karena Ahok namun prosesnya yang membuat banyak perenungan, nilai kejujuran yang hilang dan kemenangan nilai manipulasi, kehilangan sosok yang siap menolong dengan hati setiap saat, tapi begitulah politik. Lega rasanya dengan sikap pasangan Ahok & Djarot yang sangat positif dan tegar menanggapi kekalahan.
Kejadian ini mengingatkan saya yang rasanya kok mirip kisahnya, kisah sejarah yang abadi di 2000 tahun yang lalu, kisah penangkapan, pengadilan dan penyaliban Yesus yang telah bekerja selama 3 tahun untuk memberitakan, memberikan dan membuktikan harapan baru kepada masyarakat saat itu. Mirip dengan kondisi sekarang, ketika orang-orang Farisi atau ahli-ahli Taurat Yahudi yang sangat memegang ajaran kitab Taurat yang diajarkan oleh nabi Musa dan juga ajaran nabi dan raja Daud yang sangat mereka agungkan diusik oleh Yesus. Bukan karena Yesus tidak percaya dan tidak hormat terhadap nabi Musa dan nabi Daud, namun karena ada yang dijalankan secara tidak benar oleh para kaum Farisi saat itu dengan kasat mata. Saat itu seperti tertulis dalam Injil, Yesus mengkritik dengan keras para kaum Farisi pemuka agama karena tidak mementingkan kasih dan kehidupan rakyatnya yang penuh penderitaan, tapi menggunakan ayat-ayat untuk kepentingan kekuasaan dan kepentingan diri mereka sendiri. Amarah mereka bangkit karena kritikan itu dan mata dan hati mereka semakin dibutakan atas nama kesucian ayat-ayat Taurat, mereka merencanakan penangkapan dan pembunuhan Yesus. Tidak ada lagi ketakutan mereka terhadap dampak kebenciannya nanti, tidak bisa lagi mereka melihat semua tanda-tanda Ilahi mujizat yang Yesus telah buat sebagai bukti bagi mereka, semua sudah buta hati, yang ada bahwa mereka lebih berkuasa, lebih suci, lebih tinggi, Yesus bukan siapa2 dari Galilea yang minoritas bagi kaum Yahudi saat itu tidak mungkin membuat mujizat, dan bagi mereka, mereka terlalu benar.
Akhirnya mereka berhasil mempengaruhi massa yang haus akan perlindungan dan kebutuhan instant karena penderitaan dan kesusahan yang panjang, Yesus divote dan ditukar dengan penjahat, dan karena pengaruh dan intimidasi massa akhirnya lebih memilih si penjahat dibebaskan dan Yesus disalibkan. Suatu konspirasi dan sindikat pemuka agama, orang besar penguasa negeri, orang-orang pintar, bahkan penghianat murid Yesus juga ada, ketakutan akan otoritas agama, kekuasaan dan harta yang terusik apalagi Yesus mengatakan akan meruntuhkan bait Allah dan dalam 3 hari akan membangunnya kembali yang diartikan mereka sangat sempit.
Begitulah manusia dan dunia ini, esensi ajaran sering diletakkan lebih rendah dari apa yang tertulis, namun yang dari Tuhan adalah Agape walaupun selalu ditolak, kasih cinta yang bukan nafsu dunia, bukan cinta mesum seronok, kasih Agape yang dijalankan oleh Yesus dengan patuh akan perintah untuk menyelamatkan dunia dari maut, semua proses pengadilan, siksaan, cemooh dan penghukuman salib dijalankan dengan setia. Dan betul setelah itu Ia bangkit, Yesus memberi RohNya kepada murid-muridnya untuk menyebarkan berita kasihNya terhadap bangsanya waktu itu dan bagi umat manusia di seluruh dunia. Saat itu banyak orang patah hati karena seolah-olah Yesus kalah dan menghilang, mereka kehilangan harapan yang positif. Namun setelah itu Roh kebangkitan muncul dengan kuatnya dan terbukti ajaran kasihNya dan RohNya hidup sampai sekarang sampai saat ini tetap kekal di tengah hantaman kebencian dunia.
Saya melihat kisah kasih Ahok kepada bangsanya ada kemiripan kisah ini seperti kisah 2000 tahun lalu dan yang tau kisah ini bisa mereka-reka dan tau apa yang akan terjadi selanjutnya.
Kasih Agape yang ditekan akan semakin berbuah karena memang itulah sebenarnya dibutuhkan orang-orang yang penuh kebencian. Orang akan semakin mencari sumber kasih itu, bukan sekedar agama.
Yesus berpesan jangan takut, karena Ia akan selalu menyertai ..Ia memang bukan dari dunia tetapi kunci maut dan surga sudah ada ditanganNya dan sudah tertulis Ia akan datang untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati. Menghakimi hati manusia bukan orang beragama. Karena baginya hati lebih penting, seperti yang selalu diajarkanNya hati yang penuh kasih Agape , Tuhan menginginkan hati manusia yang rendah dan remuk, tertuju kepadaNya lebih dari korban persembahan apapun, artinya harta, kambing domba , pakaian belum cukup untuk sampai kepada Allah apalagi yang diperoleh dengan cara-cara mencuri dan kotor. Allah sangat mulia dan kudus dan lagipula tidak bisa dikadalin dengan materi kotor, hasil korupsi dll. Karena itu Yesus berpesan pada pengikutnya untuk lebih mementingkan kemuliaan surga bukan harta dunia dan kemegahan dunia yang juga sebentar lagi akan hancur.
Kisah Ahok ini mengingatkan saya juga untuk semakin merenungkan dan hidup dalam saksi kasih agape yang sesungguhnya bukan balik membenci dan mencari perlindungan instant dunia.
Mengapa agama, gereja banyak ditinggalkan karena ada masanya agama dan tempat ibadah dijadikan alat kekuasaan dan pengejaran materi dan menabur kebencian dan kebohongan baik oleh pemuka agama maupun orang-orang pintar. Sepanjang sejarah sudah terbukti kepercayaan yang menerapkan seperti itu justru akan ditinggalkan oleh pengikutnya no respect terhadap yang seperti itu. Mungkin sebagian bisa dipengaruhi di saat tertentu , kekuasaan seolah-olah luas, tetapi waktu yang akan menjawab kehancurannya.
Kasih Agape yang diajarkan Yesus dan coba dijalankan Ahok terbukti membuat patah hati banyak orang ketika itu hilang dan dalam hati orang yang membencinya pun sudah terusik . Yesus sedang mengusik hati dan kasih manusia. Ketika Ia datang kelak dari semua yang terjadi saat ini saya semakin yakin, selama Ia di dunia Ia tidak pernah berpihak pada orang yang berbohong atas nama Tuhan, ia berpihak pada orang kecil dan memberi hidup bukan harta, ia lebih mengutamakan kasih bukan kebencian, ia mengkritik yang salah dan mengasihi, semua yang penuh kebencian tidak ada dalam bagianNya kelak.
Lebih baik berlomba menjalankan kasih kepada semua daripada menebar kebencian kepada yang berbeda