Lihat ke Halaman Asli

Victor David Gultom

I have a dream

Kitabisa Wujudkan Pendidikan untuk Korban Tsunami Sangiang

Diperbarui: 5 Juli 2019   14:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : kitabisa/pendidikan untuk Sangiang

Sangiang, mungkin sebagian orang tidak mengetahui tentang pulau ini, pulau kecil yang terletak di Selat Sunda, Banten. Istilah Surga kecil yang tersembunyi di Banten, merupakan kata kunci untuk menemukan pulau ini di halaman pencarian. Tentu saja, Sangiang memang pulau indah dan eksotis, dimana kita dapat menikmati gunung dan hamparan pantai dalam satu pulau kecil. 

Menariknya, pulau ini lokasinya hanya sekitar 150 km atau 3 jam dari Jakarta. Menurut sumber Wikipedia, pulau yang luasnya sekitar 702 ha ini, adalah Taman Wisata alam yang diatur melalui SK Menteri Kehutanan No. 55/Kpts-II/1993. Untuk mencapai Pulau Sangiang, dibutuhkan waktu 45 menit menyebrang dengan kapal melalui pelabuhan Anyer.

Pada Desember 2018, terjadi tsunami akibat longsor gunung anak Krakatau. Tsunami ini memporak-porandakan seluruh pulau Sangiang dan juga beberapa daerah di Anyer, Banten. Kejadian tsunami berlangsung pada malam hari, saat sebagian warga dan wisatawan tertidur. Mereka berusaha melarikan diri ke bukit untuk menyelamatkan diri. Akibatnya, rumah dan penginapan menjadi rata dengan tanah, warga dan wisatawan berhasil dievakuasi sehari setelahnya. 

Data mengungkapkan 4 orang dinyatakan meninggal dunia, sedangkan 2 hilang dan sebagian besar lainnya luka berat. Pasca tsunami, beberapa warga enggan kembali ke pulau karena trauma. Warga yang kembali, bersama-sama membersihkan sisa reruntuhan, membangun rumah kembali dan fasilitas lainnya yang hancur rata dengan tanah. Hingga enam bulan setelah tsunami terjadi, suasana belum juga pulih, fasilitas umum masih dalam proses mulai pembangunan kembali.

Sumber : kitabisa/pendidikan untuk Sangiang

Sejak tsunami sampai saat tulisan ini dibuat, terjadi penurunan drastis wisatawan yang berlibur ke Pulau Sangiang. Berikut salah satu penuturan warga yang seorang pemandu lokal, "Sebelum tsunami, setiap minggu selalu ada wisatawan walaupun tidak banyak. Sekarang sebulan sekalipun belum tentu ada". 

Selain nelayan, anak muda di Pulau Sangiang yang jumlahnya lebih dari 30an ini memilih sebagai pemandu lokal ketika ada wisatawan. Mereka menemani wisata untuk snorkeling dan menjelajah pulau. Keuntungan yang didapat atas jasa menemani wisata tersebut tergantung dengan banyaknya wisatawan.

Miris, itulah satu-satunya kata yang bisa menggambarkan. Indonesia, yang sebentar lagi sudah menginjak usia 74 tahun setelah merdeka masih ada Pulau yang jaraknya dekat dengan ibukota dan keindahan alam yang mempesona namun keadaannya berbanding terbalik dengan kondisi warga yang menempatinya. Surga kecil yang digaungkan itu ternyata tidak memberikan kelayakan bagi warganya.

Sumber : piknikasik.com

Bertepatan dengan peringatan HUT RI ke-74, kami pilih sebagai salah satu titik awal untuk perubahan yang lebih baik bagi warga Sangiang. Pemberian pelatihan bagaimana mengajarkan cara membaca kepada pemuda atau pemandu lokal pulau yang akan diterapkan untuk membantu anak-anak pulau memberantas buta aksara. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline