Saya sangat menyesal ketika saya mengunjungi Bukchon Hanok Village. Harapan saya sangat tinggi ketika melihat foto-foto rumah-rumah tradisional yang indah di situs-situs yang mengulas tentang Bukchon Hanok Village. Lokasi ini juga merupakan salah satu tujuan favorit turis Indonesia. Kekecewaan itu saya sampaikan ke dalam 7 poin berikut supaya calon turis Indonesia tidak mengalami hal yang sama.
Bukchon Hanok Village itu:
1. Terlihat tidak alami (artifisial)
Bila mendengar namanya Bukchon Hanok Village (Perumahan Rumah Tradisional Bukchon) saya membayangkan perkampungan dengan rumah-rumah tua yang dibangun 600 tahun yang lalu, terbuat dari kayu, berpagar batu yang disusun rapi dengan pintu gerbang terbuat dari kayu tua. Tidak sama sekali.
Walaupun terlihat seperti rumah tua yang terbuat dari kayu, sebagian besar rumah-rumah tersebut sudah dipugar dan direnovasi, sudah dilengkapi dengan kunci pintu elektronik berkamera, kamera CCTV, kompressor AC menimbulkan kesan artifisial (menurut saya pribadi).
2. Terlalu ramai
Setiap tahun turis yang datang mengunjungi Bukchon Hanok Village selalu meningkat drastis. Anda harus rela berjalan pelan atau berjalan cepat sesuai dengan banyaknya turis yang datang. Berdasarkan pengalaman, beberapa tangga untuk menuju lokasi lainnya hanya dapat dilalui per satu orang sehingga harus antri. Foto-foto rumah tradisional yang anda ambil juga terlihat tidak bagus karena selalu berlatar belakang keramaian turis atau selalu menunggu turis lewat supaya mendapatkan momen yang tepat.
3. Harus antri foto