Lihat ke Halaman Asli

Buku Gambar

Diperbarui: 7 September 2016   03:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sepasang laki-bini dan seorang anak kecil keluar dari balik pintu salah satu minimarket, di sebuah dusun di sebelah dusun kami.

"Cuma ini buku gambar, masa' ada bayar riki 80 ribu." (Hanya buku gambar ini, kok dibayar sampai 80 ribu) Pekik si Ibu, dirundung rasa tak percaya sembari melengoskan kepala ke arah saya berdiri menunggu istri yang sedang membeli cemilan untuk keponakan. Semacam butuh pembelaan.

Saya menyambut dengan senyum kecut, dan tak memberi komentar.

Tiga himpunan keluarga kecil ini pun berlalu. Dari belakang setir motor, si Bapak sedang cermat menghitung-hitung kembali isi dompet yang tersisa; di belakangnya, si Ibu masih tetap tak menerima kenyataan bahwa harga buku gambar anaknya telah mengancam isi dapur besok seharian; dan ditengah kedua orang tuanya yang sedang dirundung ganar, sang anak geming, hening sendirian diantara kelesah Bapak & Ibunya.

Ia hanya sedang tak sabar ingin segera sampai di rumah, persis kuas yang kian tak sabar mengguratkan tinta warna diatas buku gambar yang di beli penuh kesia-siaan barusan.

Sesampai di rumah, mungkin, Ia ingin melukis gunung-gunung dengan cat biru, lembah-lembah yang hijau, gubuk-gubuk kecil, lembu-lembu yang lapar di hamparan benggala dan ia sendiri beserta konco-konconya saat sedang berlari-lari penuh girang di pematang sawah, dibawah matahari yang menyala-nyala.

Sekalipun, mungkin, ia akan lupa melukis gelisah kedua orang tuanya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline