Lihat ke Halaman Asli

Vicky Laurentina

Food blogger Indonesia

Diselamatkan Ceramah Ramadhan Zainuddin MZ

Diperbarui: 24 April 2021   11:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ustad Zainudin MZ (FOTO ANTARA/Maulana Surya Tri Utama)

Waktu kecil dulu, saban kali tiba bulan Ramadhan, saya selalu merasa resah. Soalnya, pasti guru saya kasih tugas yang menyulitkan, yaitu mencatat ceramah Ramadhan.

Saya bukannya nggak suka mencatat ya. Sebenarnya, saya ini malah penulis steno yang handal. Buktinya, waktu sekolah, temen-temen sekelas sering ribut nyontek catatan saya di pelajaran.

Tapi saya paling resah kalau guru agama saya ketika SD itu sudah kasih tugas mencatat ceramah Ramadhan. Semua anak langsung paham bahwa ceramah yang dicatat adalah ceramah yang sering dikumandangkan imam ketika sholat tarawih. Artinya, secara tidak langsung, murid-muridnya disuruh sholat tarawih di mesjid.

Padahal saya waktu kecil nggak sholat tarawih di mesjid. Soalnya, nggak ada yang ngantar.

Mesjid terdekat dengan rumah saya bisa dicapai dengan jalan kaki. Tapi orang tua saya melarang saya pergi ke mesjid setelah gelap karena takut saya digangguin preman. Ibu saya bahkan dilarang pergi ke mesjid setelah gelap.

Ayah saya, yang karena tuntutan pekerjaannya, hampir-hampir nggak pernah sholat tarawih di mesjid. Karena memang ayah saya bekerja sampai malam hari di kantornya. Sholat tarawih pun dikerjakannya di rumah. Jadi praktislah, keluarga kami nggak terbiasa sholat tarawih di mesjid.

Tapi saya tetap punya PR harus mencatat ceramah Ramadhan. Dibela-belain semua murid wajib membeli buku tulis khusus untuk mencatat ceramah Ramadhan (ada nama penerbitnya lho. Membuat saya geleng-geleng kepala). Ada 30 halaman kosong yang sudah ada garis-garisnya, pertanda kita harus mengisinya selama 30 hari berisi ceramah Ramadhan. Artinya saya harus pergi sholat tarawih 30 hari. Waduh.

Ketika dapat tugas itu dan saya mengatakannya dengan resah, ibu saya bertanya, "Kalau ceramahnya berupa dengerin di radio, mau nggak?"

Saya mendongak bingung. "Emangnya ada?"

Kilah ibu saya, "Yeee.. makanya habis sahur ya jangan tidur lagi!"

Lalu ibu saya memperkenalkan saya kepada radio. Salah satu saluran radio itu ternyata setiap subuhnya menyiarkan ceramah rohani.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline