Lihat ke Halaman Asli

Bimbang dalam Cinta

Diperbarui: 17 Juni 2015   09:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Malam itu.. Malam dimana Oksigen seakan enggan untuk kuhirup. Malam dimana bulan serasa malu malu untuk muncul dihadapanku. Rintik hujan trus berjatuhan. Entahlah, hujan tak kunjung henti, seolah semesta ikut gusar, ikut marah, kepadaku.. iya, aku mahkluk Tuhan yang tak tahu malu..

Tiidiip Tiidiip.. (suara bbm masuk dihandphoneku) .. Dari Marni, isinya.. "Pergilah.. Aku ikhlas melepasmu.. Terima kasih untuk semua hari hari yang sudah kita lewati bersama, Bahagia selalu menyertaimu"..

Detak jantung semakin ekstrim,. Suara suara penyesalan terus berkumandang ditelingaku..

Iyap, namanya Marni.. Beberapa menit yang lalu sebelum bbmnya masuk, aku masih kekasihnya, walaupun beberapa menit yang lalu dia baru saja melihatku pergi bersama kekasih gelapku.

Marni berlari menjauh, tapi aku hanya bisa diam. aku tak mungkin meninggalkan Bunga (kekasih gelapku) begitu saja, sebab Bunga tidak mengetahui keberadaan Marni. Seperti berada dipersimpangan jalan.. Diam terpaku.. Dan pada akhirnya Bunga mengagetkan ku untuk terus berjalan ke arah rumahnya..

Hujan turun.. Untungnya tugasku mengantarkan Bunga sudah beres. Diam, duduk manis disebuah kedai kopi. Ingatan tentang Marni terus mengkoyak koyakku dalam sepi. Marni, Wanita sederhana, Tidak cantik, tapi Entahlah.. Faktor apa yang membuatnya menyarang dan terus beranak pinak dihatiku.. Dan Entahlah.. Faktor apa yang membuatku berbagi cinta dengan Bunga..

Marni adalah Jantung hatiku dan Bunga adalah Nadinya..

Maafkan aku Marni, seribu pintu maaf yang dulu kau buka lebar lebar untukku kini manaaaa????

--------------------------------------------------------------------------------------

Aku adalah Kamu, Dan kamu adalah Bunga.. Kamu, Bunga dan Aku Adalah KITA !!!

Aku masih ingat, Dahulu dipundakku selalu ada kepala yang menyimpan sejuta resah. Dahulu dijemariku selalu ada jemari yang menggenggam erat penuh cemas, selalu ada tawamu didalam bimbangku, ada pelukan saat aku mulai kehilangan arah.. Dan kini.. Aaah Sudahlah..

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline