Lihat ke Halaman Asli

1. Si Peka

Diperbarui: 3 April 2021   19:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Adelia Maria

Katanya, kalau satu kenikmatan diambil, maka akan diganti dengan kenikmatan lainnya. 

Jika perkiraanku benar, Tuhan bukan mengganti kenikmatan. Telingaku bisa jadi lebih peka dari pada indra lainnya. Bukan karena Tuhan memberiku kelebihan pada indra pendengaran, tapi aku terbiasa mendengar kasak-kusuk di belakangku. Terlatih.

Eh kasihan tuh. Nggak dikasih tahu aja?

Sudah, biarin. Biar orang lain yang bantuin dia.

Hihihi. Astaga, kasihan. Dia nggak tahu?

Bukan urusanku.

Aku dengar. Semuanya. Meski kalian berbisik sekalipun, aku mendengarnya. Dan aku benci. Makanya, kupikir ini bukan kelebihan. Lebih ke arah lelucon.

Kuraba setiap bagian tubuhku. Apa yang aneh? 

"Astaga, Del." Sebuah suara rendah bersamaan tarikan suatu benda di punggungku.

"Gio?"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline