Lihat ke Halaman Asli

Vincentius Rio Kristian

seminaris tahun pertama

Seminaris Tahun Pertama

Diperbarui: 3 Oktober 2024   11:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Halo semuanya, perkenalkan nama saya Vincentius Rio Kristian Bara, dan saya biasa di panggil Rio atau Bara. Saya adalah salah satu dari 57 orang lainnya yang menjadi seminaris meda pratama angkatan 113 di seminari menengah Santo Petrus Canisius Mertoyudan, dan saya sudah melewati masa karantina selama 40 hari. Pada kesempatan ini saya akan menceritakan, " apa yang saya rasakan pada saat masa karantina". Yang saya rasakan itu bosan sekali, dan semua waktu berjalan sangat lama. Mungkin karena kita semua tidak dapat mengakses dunia luar dan juga hanya dapat mengetahui informasi dunia luar dari kroan saja, sedangkan saya di rumah sebelum memasuki seminari tidak terbiasa jika membaca koran, karena saat di rumah saya lebih suka hal hal yang cepat dan mudah untuk di lakukan, saya cenderung pemalas saat di rumah.

 Awal saya memasuki saya merasa gugup karena ini adalah pengalaman pertama saya untuk memasuki daerah yang saya tidak kenal sama sekali dan tidak ada teman yang ikut memasuki seminari bersama sama dengan saya, saya betul betul memulai semua yang saya alami di sini dari 0, tanpa mengenal siapa pun, tanpa mengetahui daerah sekitar. Saya awal sempat menangis karena saya takut untuk tidak mendapat teman, karena mayoritas di sini adalah suku jawa, sedangkan saya pindahan dari jawa barat yang hanya bisa berbahasa Sunda. Beberapa hari berlalu saya mulai mendapat beberapa teman, namun rasa cemas tetap ada, apa lagi rasa cemas soal panggilan yang di berikan Tuhan pada saya karena saya pernah mendengar "Tuhan memanggil banyak orang namun hanya sedikit yang di pekerjakan."namun itu tidak membuat saya kehilangan semangat untuk meneruskan pendidikan di sini.

Berhari hari berlalu saya sudah banyak mendapat beberapa kenalan, dan saya sudah merasa kerasan, dan mulai terbiasa bangun pagi, melakukan ekaristi harian, sarapan, opera dan lain lain. Saya semakin terbiasa tidak menggunakan handphone dalam kehidupan sehari-hari, dan sudah mulai terbiasa untuk membaca novel novel, dan juga koran koran. Saya merasa bahagia di sini dalam 40 hari pertama karena pelajaran masih baru beberapa yang di pelajari dan saya bisa paham hal hal itu, belum banyak kegiatan yang dapat saya lakukan.

Akhirnya hari hari yang di nanti pun tiba, hari orang tua sudah dekat, semua seminaris medan pratama sudah mulai sibuk latihan bernyanyi dan menyiapkan tampilan yang akan di persembahkan kepada orang tua pada hari orang tua nanti. Saya sungguh tidak sabar akan kedatangan hari orang tua pada saat itu, saya akan menampilkan dan menjadi versi terbaik saya pada saat orang tua saya datang.Lalu hari yang di nanti pun tiba, kami melaksanakan hari orang tua dengan di buka ekaristi harian, tangis di mana mana pertanyaan yang mendatangi para seminaris baru dari orang tua, itu adalah pengalaman yang tidak akan saya lupakan, itu mungkin pengalaman yang tidak akan saya dapatkan di SMA lainnya, dan saya bersyukur hari orang tua berjalan dengan lancar dan dengan cuaca yang cerah, saya kembali sedih saat meliha punggung orang tua dan kakak serta adik saya pergi untuk kembali, namun inilah jalan yang saya ambil.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline