Lihat ke Halaman Asli

Andai Saya jadi Gubernur DKI

Diperbarui: 24 Juni 2015   20:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lelah sangat tinggal di Jakarta ini terutama bagi warga yang berasal dari luar daerah yang masih terkaget-kaget akan banyaknya waktu dan produktivitas yang terbuang di kota ini, membuat saya berandai-andai apa yang akan saya lakukan jika saya jadi Gubernur Ibukota RI ini.

Pertama kali yang akan saya lakukan adalah memetakan semua persoalan di DKI. Tiga persoalan terberat yang dihadapi DKI, menurut saya adalah (urut dari masalah terberat hingga teringan):

1. Kemacetan

2. Pertumbuhan populasi penduduk

3. Tata Ruang dan Wilayah

Kemacetan merupakan masalah klasik yang dihadapi DKI sejak lama. Dibandingkan dengan ibukota-ibukota negara lain pada level ASEAN saja, DKI termasuk yang tertinggal. Mass Rapid Transportation baru berupa TransJakarta yang sebetulnya tidak terlalu memecahkan masalah. Alternatif lain seperti: kereta bawah tanah dan monorail masih berupa wacana sejak lama. Jalan baru banyak dibangun, tapi sepertinya juga tidak memecahkan masalah karena menjadikan bottleneck yang gila2an di ruas jalan lain. Solusinya? Mungkin bisa ditetapkan jam wajib berkendara umum pada jam-jam tertentu (misal jam  7-9 pagi) pada ruas-ruas jalan dengan kepadatan tinggi. Demikian juga pada sore hari (misal jam 5-7). Dengan demikian semua armada transportasi umum bekerja dengan optimal pada jam-jam tersebut. Kendaraan pribadi dilarang beroperasi pada jam-jam tersebut. Jadi kalau mau berkendara pada jam tersebut, silakan naik angkutan umum seperti: taksi, ojek, angkot, bis, metromini, busway. Saya rasa hal ini bisa berhasil cukup baik, jika berani diterapkan.

Masalah berikutnya adalah pertambahan jumlah penduduk. Pembatasan populasi adalah penting, walaupun untuk sebagian orang terdengar seperti pelanggaran hak asasi manusia. Ambil contoh, China menjadi negara kaya dan maju sejak menerapkan pembatasan populasi 1 anak untuk 1 keluarga. Keluarga Berencana harus kembali digiatkan. Pemerintah dapat mengadakan program vasektomi atau tubektomi gratis khusus untuk keluarga dengan jumlah anak sama atau lebih dari 2. Kalau perlu hal ini diwajibkan. Dunia semakin tua untuk menampung banyak warganya.

Perencanaan Tata Ruang dan Wilayah menjadi hal utama juga. Pembangunan gedung keatas untuk pemukiman (berupa rumah susun atau apartemen), wajib digiatkan. Dengan demikian tidak ada lagi warga yang tinggal di bantaran kali. Hal ini sangat penting untuk mengatasi banjir.

Mungkin sekian dulu khayalan dari saya. Mudah-mudahan memberi inspirasi :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline