Lihat ke Halaman Asli

Rosyidatul Hilmiah

Menuliskan rasa yang ingin dibagikan

Perasaan Ibu Rumah Tangga Mantan Karyawati Ketika Ada Work From Home

Diperbarui: 2 Mei 2020   00:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Memulai segala sesuatu nya di rumah sudah kumulai sejak dua tahun dulu. Dan keinginan untuk kembali seakan memudar seiring meningkatnya kebutuhan anak akan kehadiran ibunya. Aku juga turut merasakan betapa jadi semacam ketergantungan kepasa ada nya anak di sekitarku yang menurut ku tidak bisa dimengerti segelintir orang yang menganggap kegiatan mengurus rumah dan anak adalah pekerjaan yang tidak menghasilkan apapu . Padahal pada segelintir yang membuat sebutan itu pun adalah seorang ibu juga..tak semua. Tapi kurasa itu hanya perasaanku yang minder karena tidak bisa berkontribusi apapun mengenai keuangan rumah tangga selain mengaturnya seketat mungkin. 

Seiring waktu di kemudian hari aku ingin mencoba hal baru ketika anakku tertidur. Ku merasa disana ada waktu yang bisa kumiliki untuk bisa berkarya. Karena hanya scrolling media sosial benar-benar bukan waktu untuk me time yang bagus untukku. Selain melelahkan kalau tidak ada 'hasil' positif buatku, yang ada malah membuat depression yang tidak terlihat. Padahal yang dibutuhkan seorang  anak bukanlah ibu yang sempurna, melainkan ibu yang bahagia, btw ini kutipan hasil sedikit hal positif daro scrolling media sosial. 

Sekali lahi hanya sedikit hal bagus menurutku yang diambil dari sekedar memandangi status kehidupan orang-orang di media yang tak nyata. Berawal dari hal itu aku tertarik untuk melakukan sesuatu yang bisa "menghidupkan" ku. Ada beberapa hal lainnya juga. Sehingga ku memilih untuk mencari pekerjaan yang bisa dilakukan online. Namun untuk sementara aku istirahat lagi hingga anak ku selesai proses weaningnya. Karena ada beberapa minggu ku perhatikan aku kurang fokus mengurus tugas utamaku. Berdiskusi panjang lebar antara ingin punya karya dan kepuasan dan perkembangan anak. Kurasa ku menyimpan rapat dahulu dengan impian itu. Setelah beberapa kali semacam bertanya kepada Allah bagaimana langkahku bagaimana yang terbaik sebenarnya. Dan ternyata jawaban yang ku terima harus bersabar dahulu. 

Ada memang semacam kegelisahan yang kurasakan. Namun aku berusaha mengalihkan nya dengan menulis hal hal yang kualami. Meski terlihat monoton. Dan aku juga tidak berharap banyak ada yang suka atau tidak. Karena ku sedang mengikuti beberapa event menulis, sehingga aku merasa mempunyai teman kerja yang tak ku jumpai namun memiliki visi yang sama agar bisa minimal di repost atau dapat rating- semacam pujian pimpinan kepada kami pesertanya. Apalagi sudah ada tema dan deadline yang beragam tiap hari. Ku rasa jadi semacam pemicu untuk bekerja lebih keras lagi dalam menulis. Dan diakui. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline