Abstract Communication is an important element in career development, both when looking for work and in the world of work itself. The ability to speak politely and in accordance with the rules of the Indonesian language, as stipulated in the KBBI, is often considered a natural talent, even though this skill needs to be trained continuously. Awareness of the importance of good and correct language should be instilled from an early age, not only in adults but also in adolescents and children. Unfortunately, children's interest and awareness of language skills are still low due to the lack of attention from the environment, including parents and teachers. For this reason, the Socialization of Developing Indonesian Language Awareness at the Jakarta Creative Counseling House was held to increase children's awareness of the importance of good and correct Indonesian. This program aims to help children hone their language skills, increase their self-confidence, foster a love of language, and prepare for their future. It is hoped that this activity can support them in speaking in public more boldly and appropriately. Keywords: Awareness of the use of good and correct Indonesian, Socialization, Skills, Children, Improving understanding. Abstrak Komunikasi merupakan elemen penting dalam pengembangan karir, baik saat mencari kerja maupun dalam dunia kerja itu sendiri. Kemampuan berbicara yang sopan dan sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia, seperti yang ditetapkan dalam KBBI, sering kali dianggap sebagai bakat alami, padahal keterampilan ini perlu dilatih secara berkesinambungan.Kesadaran akan pentingnya berbahasa yang baik dan benar seharusnya ditanamkan sejak dini, tidak hanya pada orang dewasa tetapi juga pada remaja dan anak-anak. Sayangnya, minat serta kesadaran anak-anak terhadap keterampilan berbahasa masih rendah akibat kurangnya perhatian lingkungan, termasuk orang tua dan guru. Untuk itu, kegiatan Sosialisasi Pengembangan Kesadaran Berbahasa Indonesia di rumah penyuluhan kreatif Jakarta diadakan guna meningkatkan kesadaran anak-anak terhadap pentingnya bahasa Indonesia yang baik dan benar. Program ini bertujuan untuk membantu anak-anak mengasah keterampilan berbahasa, meningkatkan kepercayaan diri, menumbuhkan rasa cinta terhadap bahasa, serta mempersiapkan masa depan mereka. Diharapkan, kegiatan ini dapat mendukung mereka dalam berbicara di depan umum dengan lebih berani dan tepat. Kata Kunci: Kesadaran penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, Sosialisasi, Keterampilan,Anak-anak, Meningkatkan pemahaman.
1. PENDAHULUAN
Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar merupakan elemen fundamental dalam komunikasi yang efektif, berperan penting dalam interaksi sosial, pendidikan, dan dunia kerja. Bahasa adalah salah satu media utama dalam berkomunikasi. dalam berinteraksi, kita harus menyesuaikan cara berbahasa sesuai dengan siapa kita bicara dan dengan kondisi yang ada (Fatimah, 2024). Namun, anak- anak yang berasal dari latar belakang ekonomi rendah sering kali menghadapi tantangan serius dalam menguasai aspek ini. Salah satu faktor utama yang memengaruhi kesadaran mereka adalah peran orang tua yang kurang aktif dalam proses pendidikan anak-anak. Banyak orang tua di kalangan ekonomi rendah terjebak dalam rutinitas mencari nafkah, sehingga tidak memiliki cukup waktu dan perhatian untuk mendidik anak-anak mereka, khususnya dalam penggunaan bahasa yang baik. Tanpa bimbingan yang memadai, anak-anak akan kesulitan untuk memahami pentingnya berbicara dengan sopan dan baik. Faktor-faktor seperti dukungan emosional dari orang tua dan guru, lingkungan yang aman, serta interaksi yang positif dapat berperan penting dalam mendukung perkembangan sosial-emosional anak (Prastyani, 2024). Akibatnya, kebiasaan berbahasa yang buruk dapat berlanjut hingga dewasa, mempengaruhi peluang pendidikan dan pekerjaan mereka di masa depan. Dengan memahami isu ini secara menyeluruh, kita dapat mengambil langkah-langkah konkret untuk meningkatkan kesadaran dan kemampuan berbahasa anak-anak dari keluarga dengan ekonomi rendah. Upaya ini tidak hanya akan berdampak positif pada perkembangan individual anak, tetapi juga berkontribusi pada pembentukan masyarakat yang lebih beradab dan harmonis di masa depan. Melalui kolaborasi antara orang tua, sekolah, dan komunitas, kita dapat menciptakan lingkungan yang mendukung bagi anak-anak untuk tumbuh dan berkembang dengan kemampuan bahasa yang baik dan benar. Beberapa siswa mungkin tidak memiliki kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif di depan umum, seperti mengembangkan gagasan, menggunakan pilihan kata yang tepat atau menggunakan bahasa tubuh yang tepat. Tidak percaya diri seringkali menjadi penyebabnya. Jika seringkali menjadi penyebabnya. Jika seseorang tidak memiliki kepercayaan diri, mereka tidak akan bisa berbicara di depan umum maupun berbicara secara personal dengan jelas kepada orang lain. Rasa ketidak percayaan diri yang muncul pada anak bisa dikurangi dengan cara yang positif berupa bentuk apresiasi kepada mereka dan selalu ajarkan untuk bersosial bersama teman teman dengan dibantu oleh dorongan dari keluarga. Hal ini sebagai arti kita memberi semangat dan dukungan kepada mereka (Andika, 2023). Ketidakmampuan ini tidak hanya membatasi kemampuan mereka dalam berkomunikasi, tetapi juga menghambat peluang mereka untuk berkembang secara sosial dan akademis. Di dunia yang semakin kompetitif, kemampuan berkomunikasi dengan baik menjadi salah satu faktor penentu kesuksesan. Oleh karena itu, pentingnya untuk memperhatikan perkembangan keterampilan berkomunikasi pada anak usia dini. Keterampilan berkomunikasi sangat mempengaruhi kehidupan sosial anak, tidak hanya membantu anak dalam mencapai keberhasilannya didunia akademik, tetapi juga bagaimana kemampuan untuk diterima dalam lingkungan sosial tempat mereka berada (Inten, 2017). Masalah ini secara mendalam dan mencari solusi yang tepat melalui kolaborasi antara orang tua, sekolah, dan komunitas, kita dapat menciptakan lingkungan yang mendukung, meningkatkan kesadaran akan pentingnya berbahasa yang baik, dan memberikan anak- anak kesempatan untuk meraih potensi mereka secara maksimal.
2. TINJAUAN PUSTAKA
a) Pengembangan Keterampilan Berbahasa Indonesia di Kalangan usia dini Pengenalan bahasa yang lebih dini dibutuhkan untuk memperoleh keterampilan bahasa yang baik. Perkembangan bahasa dipengaruhi oleh 5 faktor, yaitu: intelegensi, status sosial sosial, jenis kelamin, hubungan keluarga, dan kedwibahasaan (Syakir Abdul Azhim, 2011: 37).
Fungsi bahasa bagi anak usia dini adalah untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan kemampuan dasar anak. DEPDIKNAS (2000:15) menjelaskan fungsi pengembangan kemampuan berbahasa bagi anak usia dini antara lain : a) Sebagai alat untukberkomunikasi denganlingkungan b) Sebagai alat untuk mengembangkan kemampuanintelektual anak c) Sebagai alat untuk mengembangkan ekspresi anak d) Sebagai alat untuk menyatakan perasaan dan buah pikiran kepada orang lain.
b) Metode Pembelajaran Bahasa yang Kreatif dan Interaktif Model pembelajaran interaktif untuk menyemai cinta pada bahasa Indonesia adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan minat dan kasih sayang terhadap bahasa Indonesia pada siswa. Melalui penggunaan model pembelajaran interaktif, siswa akan diajak untuk aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran, sehingga mereka dapat lebih memahami dan menikmati bahasa Indonesia. Pembelajaran bahasa yang kreatif dan interaktif mengacu pada pendekatan di mana peserta didik aktif terlibat dalam proses pembelajaran, menggunakan kreativitas mereka, dan berinteraksi secara langsung dalam berbagai kegiatan berbahasa. Metode ini didasarkan pada teori constructivism yangmenekankan pentingnya partisipasi aktif dalam menciptakan pemahaman dan keterampilan berbahasa (Piaget, 1954; Vygotsky, 1978). Metode pembelajaran bahasa yang kreatif dan interaktif sangat penting untuk meningkatkan keterampilan berbahasa siswa dengan cara yang menyenangkan dan melibatkan mereka secara aktif dalam proses belajar.
c) Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Penggunaan Bahasa di Lingkungan Sosial Faktor seperti usia, latar belakang pendidikan, kebiasaan keluarga, dan lingkungan sosial mempengaruhi penguasaan bahasa seseorang. Studi oleh Tarigan (2008) menunjukkan bahwa lingkungan yang mendukung pembelajaran bahasa akan lebih memungkinkan individu untuk menggunakan bahasa secara baik dan benar dalam konteks sosial yang beragam. Terutama pada perkembangan bahasa anak usia dini adalah proses mempelajari dan memahami kosa kata dan bahasa orang-orang di sekitar Anda. Perkembangan bahasa pada anak usia dini sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Lingkungan yang mendukung akan mempercepat stimulus anak dalam memahami penggunaan Bahasa yang Ia gunakan. Selain itu, faktor lingkungan juga berpengaruh terhadap tutur Bahasa yanganak serap dan tirukan, sehingga hal ini menjadi cukup riskan jika seorang orang tua tidak dapat memberikan contoh yang baik terhadap pemilihan Bahasa yang mereka gunakan di depan anak, hal ini juga menjadi riskan jika tidak hadirnya peran orang tua dan lingkungan sekitar yang mengawasi dan memberikan contoh yang baik terhadap anak. Kemampuan berbahasa awal seorang anak menentukan dapat atau tidaknya anak berkembang sesuai dengan yang diharapkan. Anak usia dini sangat memerlukan stimulasi, keterampilan anak berkembang dengan baik dengan adanya stimulasi. Oleh karena itu, anak usia dini harus mempunyai lingkungan yang baik untuk perkembangan bahasanya. Menurut teori behavioristik, proses pemerolehan bahasa pertama pada anak dikendalikan oleh faktor eksternal, yaitu rangsangan yang datang dari lingkungan sekitar. Para penganut teori ini berpendapat bahwa kemampuan berbicara dan memahami bahasa anak diperoleh melalui interaksi dengan rangsangan dari lingkungan. Proses perkembangan bahasa anak sangat dipengaruhi oleh banyaknya latihan yang diberikan oleh lingkungan tersebut. Kemampuan komunikasi anak terjadi berdasarkan prinsip hubungan stimulusrespons (S-R) dan proses peniruan. Ahli behavioristik berkeyakinan bahwa anak dilahirkan tanpa kemampuan apapun dan harus belajar melalui pengondisian dari lingkungan serta diberikan penguatan (reinforcement). Beberapa ahli menjelaskan faktor-faktor penting dalam mempelajari bahasa, seperti imitasi, penghargaan (reward), penguatan (reinforcement), dan frekuensi perilaku. Skinner (1957) menjelaskan bahwa perkembangan bahasa dapat dilihat dari sudut pandang stimulusrespons, yang memandang berpikir sebagai proses internal. Bahasa anak mulai berkembang melalui interaksi dengan lingkungan sekitar. Lingkungan keluarga, sebagai tempat pertama anak berinteraksi, berperan penting dalam perkembangan bahasa anak, terutama orang tua sebagai stimulus utama. Di lingkungan keluarga, anak pertama kali mengasah keterampilan berbahasa dan memperluas kosa katanya. Oleh karena itu, peran orang tua sangat vital dalam perkembangan bahasa anak. Orang tua juga memiliki tanggung jawab besar dalam mendidik anak untuk menghadapi tantangan di dunia luar, serta memberikan materi pendidikan karakter untuk membantu anak berinteraksi dengan baik di masyarakat. Keluarga harus mendukung perkembangan karakter dan perilaku anak dalam konteks kehidupan sehari-hari (Astuti, 2022).
d) Tujuan dan fungsi pembelajaran Indonesia
Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu materi pelajaran yang sangat penting di sekolah. Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia adalah agar siswa memiliki kemampuan berbahasa Indonesia yang baik dan benar serta dapat menghayati bahasa dan sastra Indonesia sesuai dengan situasi dan tujuan berbahasa serta tingkat pengalaman siswa sekolah dasar. Akhadiah dkk. (1991: 1). Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia bagi siswa adalah untuk mengembangkan kemampuan berbahasa Indonesia sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya, sedangkan bagi guru adalah untuk mengembangkan potensi bahasa Indonesia siswa, serta lebih mandiri dalam menentukan bahan ajar kebahasaan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan siswa. BSNP (2006). Pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah bertujuan untuk membantu siswa memahami dirinya sendiri, mengenal budayanya dan budaya lain, mengekspresikan ide dan perasaannya, berinteraksi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, serta mengembangkan kemampuan analitis dan imajinatif yang dimilikinya.
3. METODE PENELITIAN