Pada akhir-akhir ini dinegara kita yaitu Indonesia. Banyak anak-anak yang kuliah di dunia politik dan banyak politisi yang aktif di dunia pemerintahan. Tapi tak disangka-sangka banyak para politisi yang tidak menetapkan peran politik itu dalam dunia pekerjaan. Terbukti seperti yang terjadi dibeberapa kota di Indonesia, banyak bupati yang sudah berhasil dalam dua dekade dalam pemilihan tersebut, dan ketika masa bupati itu berakhir. Kemudian, istrinya langsung mencalonkan diri menjadi bupati dalam pemilihan bupati selanjutnya dan memenangkan pemilihan bupati. Tidak tau kenapa, entah karena money politik yang terjadi atau memang karena kepantasan dia untuk menjadi bupati. Jadi di negara kita yang tercinta ini seperti bukan sebuah negara Republik lagi, tapi bagaikan negara Kerajaan. Jadi sebenarnya politik itu untuk siapa?
Jika hal ini tetap terjadi di kota-kota Indonesia, mungkin yang tadinya hanya satu kota, itu bisa merembet ke kota-kota Indonesia lainnya. Entah apa yang sedang dipikiran para pemerintah kita ini, mengapa mereka membiarkan hal ini terjadi. Apa penyebab utamanya itu? Apakah “money politic”? Dengan cara memaksakan pekerja-pekerja daerah tapi yang mengikat dinas seperti guru honorer, akan dipaksa untuk memilih calon seorang bupati, karena jika dia tidak memilihnya, dia akan dipecat atau jabatannya diturunkan. Begitu mudahnya orang besar menyuruh rakyat kecil atau membeli pemikiran masyarakat kecil dalam memilih calon bupati tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H