Pagi ini saya sudah disibukkan dengan berbagai aktifitas khas Ibu Rumah Tangga. Bangun bagi, mengurus anak-anak dan suami, mendampingi anak-anak yang sedang PAS. Lalu, lanjut mengurus rumah, cuci baju, menyiapkan makanan dan sebagainya.
Saat menjelang tengah hari, setelah anak-anak selesai kelas dan makan, saya lanjut menjemput pakaian. Saat menjemput pakaian, hati kecil saya seperti berkata akan ada orang datang ke rumah, tolong dia. Sempat sesaat saya berfikir siapa, ya? Namun saya tetap melanjutkan pekerjaan saya yang masih setengah jalan.
Tak lama kemudian anak saya yang ke dua keluar mendapati saya yang masih asyik menjemur pakaian.
" Ma... Mama. Ada orang." katanya.
Karena saya tak terlalu jelas mendengar, saya menyuruhnya mengulang apa yang dia katakan.
" Di luar ada orang, kutuk-ketuk." tegasnya, lalu dia segera kembali ke dalam rumah.
Saya yang mendengar itu meletakkan sisa baju yang mau dijamur tadi dan segera menyusul anak saya. Sedikit berlari dengan penampilan masih acak-acakan, saya membuka pintu depan. Ternyata, ada seorang ibu berdiri tepat di depan rumah.
Saya terkejut karena tidak terlalu dekat dengan ibu tersebut. Sempat bertemu beberapa kali tapi tidak pernah ngobrol intens, hanya sekedar saling sapa lalu berlalu. Dia tersenyum saat saya mempersilahkan dia masuk ke rumah. Saya memperhatikan ibu ini, mempersilahkan dia duduk, lalu memberinya segelas air mineral. Wajahnya tampak gundah dan sedih.
Tepat seperti dugaan saya, setelah saya bertanya kabarnya, seketika dia mencurahkan segala isi hatinya yang penuh gelisah dan sedih. Air mata tak terbendung, kisah demi kisah dia paparkan silih berganti. Dan, saya hanya terpaku mendengar ceritanya hingga beberapa jam kedepan.
Dia sangat butuh teman ngobrol, hanya dia tidak tahu mau ke mana. Setelah berjalan tak tentu arah, dia teringat saya lalu segera mencari rumah saya, sempat beberapa kali dia tersesat namun akhirnya ketemu juga. Sebelumnya dia pernah ke rumah saya, tapi baru sekali dan itupun sudah lama sekali.
Setelah dia mencurahkan seluruh isi hati dan permasalahannya, tiba-tiba saya diingatkan kembali dengan suara hati kecil saya tadi. Akhirnya saya berinisiatif bertanya apa dia butuh bantuan. Dengan berat hati dia menceritakan masalahnya dan bertanya apakah saya berkenan menolongnya.