Fenomena kemungkaran semakin merajalela di mana-mana. Perbuatan maksiat dari yang kecil sampai menggunung sudah menyusuri sekeliling bumi. Saat ini kebaikan sedang dalam masa kritis. Lantas, apa yang sedang kita lakukan saat ini? Apakah kita masih asyik dengan dunia sendiri dan abai terhadap masalah ummat? Dan apakah kita sudah mengambil langkah untuk meminimalisir kemungkaran tersebut?
Dakwah, sebuah kata yang sudah tidak asing lagi di telinga ummat Islam. Banyak yang salah kaprah, menganggap dakwah adalah tanggung-jawab pemuka agama, kyai, ustadz, dan sebutan lainnya. Padahal, pada hakikatnya dakwah adalah tanggung-jawab ummat Islam bersama.
Anjuran untuk berdakwah berkali-kali disebut dalam al-Qur’an, diantaranya terdapat dalam Firman Allah, “Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik.” (Q.S. An-Nahl: 125)
Selain itu terdapat pula dalam ayat al-Qur’an, “Dan hendakklah ada di antara kamu segolongan orang yang mengajak (manusia) kepada kebaikan, menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar, dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Q.S. Ali Imran: 104)
Dari dalil-dalil di atas menunjukkan betapa pentingnya kita untuk berdakwah. Tidak perlu merasa minder ketika berdakwah, hanya karena ilmu yang dimiliki belum mumpuni atau akhlak belum sempurna. Karena jika menunggu kesempurnaan itu, maka tidak akan ada da’i-da’i di bumi ini. Sebab penghargaan akhlak manusia yang paling sempurna adalah milik Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.
Berdakwahlah sesuai dengan kemampuan, dan tunjukkanlah dengan perbuatan. Dengan begitu dakwah akan mudah diterima oleh orang-orang di sekitar kita, terlebih oleh masyarakat luas. Tidak perlu merasa terbebani akan tanggung-jawab dakwah ini, bukankah Allah telah berfirman, “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (Q.S. Al-Baqarah: 286)
Tentunya dalam berdakwah terdapat rintangan-rintangan yang terus menghadang. Kunci menghadapi rintangan dakwah tersebut adalah dengan bersabar. Bersabar di sini dalam artian tetap berusaha melawan rintangan-rintangan tersebut. Bukan justru pasrah dan menyerah untuk berdakwah.
Kita bisa menilik perjalanan dakwah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Begitu banyak rintangan yang beliau lalui, bahkan ancaman bertubi-tubi berdatangan. Tak hanya itu, penghinaan dan siksaan juga menimpa beliau. Tapi apakah beliau menyerah untuk berdakwah? Jawabannya adalah tidak. Beliau senantiasa bersabar di jalan dakwah ini. Seperti yang kita ketahui, bersinarnya Islam saat ini tidak luput dari pahit-getirnya perjuangan beliau.
Jadi, masihkah ada rasa minder yang tertancap di benakmu? Ayolah, sudahi rasa mindermu. Sudah saatnya kita bangkit dan memulai langkah menyusuri jalan dakwah ini. Jika di perjalanan dakwah rintangan menghampirimu, bersabarlah dan hadapi dengan rasa optimis. Bila tiba-tiba langkahmu terputus, maka lihatlah kembali perjuangan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dalam berdakwah sebagai motivasi untuk memperkuat semangatmu di tengah lika-liku jalan dakwah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H