Lihat ke Halaman Asli

Kertas Putih Kosong, Titik, Goresan 'Klasik' dan Ribuan Hal Lainnya

Diperbarui: 26 Juni 2015   06:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kalau kamu dihadapkan pada kertas putih kosong dan diminta mengambar sebuah pemandangan, apa yang akan kamu gambar?

Dulu, ketika kita masih duduk di bangku kayu yang kini terlihat begitu kecil, kita diminta mengambar dengan contoh dua bukit dengan matahari diantaranya serta awan biru diatasnya dan seperti semua anak lainnya, dua bukit gunung dengan matahari itulah yang kita gambar.

Ketika kita beranjak sedikit lebih 'besar' dengan bangku kayu yang lebih lebar dan tinggi, kita disuruh mengambar hal yang bisa disebut seni dan terkadang kita masih mengambar dua bukit dengan matahari kuning bersinarnya. Entah karena nostalgia, entah karena kita memang menyukainya atau entah karena hanya itulah yang kita bisa.

Kini ketika kita dihadapkan pada kertas putih kosong dan diminta mengambar pemandangan, apa kita masih akan mengambar dua bukit gunung dengan matahari diantaranya itu?

.

Tanganku gemetar. Bukan karena sakit. Bukan karena kesal. Bukan juga karena entah-apa-itu yang menyeramkan atau berbahaya.

Tanganku gemetar hanya karena tanganku terlalu lama mengenggam pensil tanpa menggoreskan apapun. Dalam satu jam ini, tak ada goresan satu pun, tak ada hasil hapusan satu pun, tak ada tanda-tanda kertas putih ini akan diisi. Yang ada hanya satu titik hitam di ujung pensil yang kugenggam. Dan yah.., titik hitam ini kurasa akan menjadi lubang kecil sebentar lagi.

Aku menatap sekelilingku. Ada yang sudah mewarnai dengan pensil warna 64 set-nya, ada yang sudah berlari-lari mengitari kelas karena tak peduli dengan apa yang digambarnya dan hal yang terpenting adalah menyelesaikannya secepat mungkin, ada yang sudah menghapus kertasnya berkali-kali hingga kertasnya terancam robek, ada yang sudah meremas dan mengganti kertasnya entah yang kesekian kalinya, ada yang dengan luar biasanya mengambar hal yang mungkin hanya dimengertinya.

Dan ada diriku yang mengenggam pensil dengan begitu eratnya tanpa membuat satu goresan pun.

.

Aku tak bisa mengingat pada titik mana diriku begitu berusaha menghindari sebuah kertas kosong dan menggambar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline