Sang filsuf mati menghadap Tuhan
Namun, Si penulis terus mengirim.
Pesan ke pesan pada Tuhan.
Bertanya: Apa kabar filsuf kesayanganku?
Sudahkah kau makan dan berak
Apakah di surga sungguh menyenangkan
Sampai hati meninggalkan,
Aku dan duniamu yang penuh warna.
Air mata terus bercucuran
Seperti badai yang menerjang lautan
Menunggu balasan dari si Congkak