Kiranya,
Cakrawala senantiasa pekat
Semilir angin pun setia mencekat
Dalam detik yang selalu kukenang
Aku ingin menemanimu
Melebur bersama luka
Merekah suka dalam gundah
Karena, pada perjalanan tanpa titik henti
Kau merupa hati, yang selalu sunyi
Namun, aku tak rasa sendiri
Maka, biarkan aku raup manis atma mu, kecup lembut mata mu
Dan, izinkan pula aku, balut luka yang kau bungkus dengan tawa
Percayalah, hanya padamu pucuk bahagia senantiasa ku titipkan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H