Lihat ke Halaman Asli

Via Mardiana

Freelance Writer

Menjadi Pendukung yang Cerdas Tanpa Menjelekkan Pasangan Lain

Diperbarui: 5 April 2019   16:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar : ireportase.com

Beberapa orang yang ditanya perihal harapannya diawal April ini ternyata ada yang menjawab, "Ingin pemilu segera berakhir,". Mungkin bagi sebagian orang harapan tersebut seolah-olah seperti becanda. Padahal sebenarnya, harapan tersebut murni keluar dari mulut salah satu kawan yang saya ajak diskusi. Mengapa dia bisa memiliki harapan seperti itu? Jawaban sederhannya adalah dia sudah lelah.

Suatu pagi saya mendengar obrolan teman kerja saya yang sedang membicarakan pasangan preside pilihannya. Namun, disela-sela dukungan yang dia berikan dalam bentuk argumentasi untuk menarik simpati teman yang lain dia menjelek-jelekkan pasangan lain. Saya pun memutuskan untuk menjauh dari obrolan tersebut.

Memiliki pilihan itu wajib. Apalagi pemilihan presiden yang akan digelar kurang dari dua minggu lain. Setiap orang berhak untuk menyampaikan pendapatnya perihal pasangan calon presiden yang dipilihnya. Namun, hal tersebut seharusnya tidak dibarengi dengan menjelek-jelekkan pasangan calon presiden lain. Mengapa hal tersebut tidak perlu? Karena hal tersebut hanya membuat hubungan antar pendukung menjadi tidak baik.

Namanya juga manusia pasti tidak akan luput dari kesalahan. Memojokkan salah satu pasangan calon presiden gara-gara masa lalunya atau gara-gara riwayat kepemimpinan sebelumnya yang dinilai belum maksimal bukanlah hal cerdas. Dan seharusnya hal tersebut tidak harus keluar dari orang-orang dewasa yang sudah memiliki hak pilih di tanggal 17 April nanti.

Mendukunglah dengan cerdas tanpa harus menjelek-jelekkan pasangan calon presiden lain. Debatlah soal inovasi, improvement, ide, solusi terhadap permasalahan yang ada di Indonesia. Bukan memperdebatkan permasalahan tempo dulu yang sebenarnya kita tidak pernah tahu sejarah sebenarnya.

Tiap orang memiliki hak untuk menyampaikan pendapat. Tapi, alangkah lebih baik kesempatan itu dilakukan untuk menyampaikan pendapat yang membangun, bukan pendapat yang berasal dari kebencian atau pun dari hasil penggiringan opini public tentang sesuatu hal yang belum diketahui kebenarannya.

Menjelang pemilu ini tentu banyak berita-berita yang belum tentu kebenarannya menyeruak ke permukaan. Orang-orang yang tidak cerdas tentu akan langsung membagikan info tersebut diakun media sosialnya dengan tujuan untuk memperlihatkan bahwa pasangan calon lawan lebih buruk daripada pasangan calon presiden yang dipilihnya.

Jadilah masyarakat yang cerdas dengan membantu menyetop penyebaran berita hoax, bukan malah menyebarkan dengan perasaan merasa lebih tahu tentang sebuah peristiwa. Jadilah masyarakat yang sopan santun dalam menyampaikan pendapat meskipun tidak suka terhadap salah satu pasangan calon presiden. Bukankah hal tersebut akan membantu membuat negeri ini kondusif dalam menghadapi pemilu?

Pemilihan presiden ini merupakan hajat besar bagi seluruh masyarakat Indonesia. Menjaga prosesnya agar tetap kondusif merupakan tugas bersama. Memastikan presiden yang terpilih adalah pilihan terbaik adalah tugas masyarakat Indonesia untuk menggunakan hak pilihnya. Jangan golput karena masa depan Indonesia ada ditangan kita.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline