Lihat ke Halaman Asli

Via Mardiana

Freelance Writer

Berperang Melawan Sampah Plastik, Bersama Menjaga Kelestarian Lingkungan

Diperbarui: 7 Agustus 2018   13:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sampah Plastik yang Berserakan di Acara CFD SudirmanDokumen Pribadi

Setiap hari orang-orang membeli barang kebutuhan sehari-hari mulai dari belanja bulanan sampai belanja hal-hal sederhana seperti membeli kopi atau susu disebuah minimarket. Biasanya kasir minimarket akan langsung memasukkan barang yang kita beli ke dalam kantong plastik. Setelah itu, ketika kopi atau susunya sudah diminum maka si kantong plastik akan dibuang ke tong sampah, itu kalau orang-orangnya sudah dewasa karena tak jarang kantong plastik dibuang begitu saja. 

Bisa dibayangkan, jika dalam satu hari ada sekitar 50 orang belanja di minimarket, lalu dalam satu kabupaten saja terdapat lebih dari 50 minimarket, berapa kilogram sampah plastik yang dihasilkan dalam satu hari di seluruh Indonesia? Lalu, bagaimana jika kita menghitung sampah plastik yang dihasilkan dalam satu hari diseluruh dunia?

Menurut penelitian EcoWatch, manusia mengonsumsi kantong plastik 1 juta per menit dengan mayoritas mereka menggunakan sampah plastik sekali pakai. Artinya, bisa dibayangkan sampah yang dihasilkan oleh sampah plastik dalam satu hari, satu bulan, satu tahun, atau sepuluh tahun? Sampah-sampah tersebut akan dibuang ke laut dan dari total lautan diseluruh dunia ada 46.000 sampah plastik per mil perseginya. Fantastik bukan?

Gambar: Jordi Chias/National Geographic

Bagi orang-orang yang tidak peduli terhadap lingkungan mungkin hal diatas sangatlah tidak penting untuk diperhatikan, tapi bagi sebagian lainnya yang berkonsentrasi terhadap kelestarian lingkungan tentunya hal ini menjadi masalah serius. Apakah kamu pernah mendengar ikan paus yang terdampar lalu ketika dilakukan otopsi didalamnya terdapat puluhan sampah plastik? Atau berita tentang seekor kura-kura yang harus dibantu oleh tim medis karena memakan sampah plastik yang panjangnya mencapai 1 meter? Dan setelah kejadian ini apakah kita akan terus diam dengan alasan belum terkena dampak yang signifikan dari keberadaan sampah plastik di laut? Tentu tidak.

Gambar: Shawn Miller/National Geographic

Sampah plastik telah menjadi momok yang menakutkan bagi kita semua. Jika hanya salah satu yang bergerak untuk mengurangi penggunaannya rasanya tidak dapat melawan jutaan lain yang tidak peduli dan dengan santainya menggunakan kantong plastik dan membuangnya tanpa memperhatikan efek yang sudah ditimbulkan. Kesadaran akan bahayanya sampah plastic harus ditumbuhkan sejak dini agar kita dapat menghargai keragaman makhluk hidup dilaut yang harus terganggu karena manusia menghasilkan ribuan ton sampah plastik.

Lambat laun penumpukkan sampah plastik dilaut juga akan berimbas pada kehidupan perekonomian nelayan, semakin banyaknya sampah dilaut membuat ekosistem dilaut menjadi rusak, tempat hidup ikan-ikan menjadi hilang dan ikan-ikan pun menghilang. Akibatnya, para nelayan tak kunjung mendapatkan tangkapan ikan sehingga menggoyangkan perekonomian masyarakat sekitar pantai. Ketika tidak ada ikan dilaut maka mereka akan menjadi pengangguran.

Sumber : http://www.kulkulbali.co/post.php?a=441&t=jbb2016_tampil_cantik_tanpa_plastik

Sudah saatnya kita hidup dengan cerdas dengan peduli terhadap lingkungan sekitar, tidak hanya soal besok akan makan apa, besok akan jalan-jalan kemana, tetapi juga bisakah kita mengurangi penggunaan kantong plastik untuk menjaga kelestarian lingkungan? 

Jika gaya hidup kita tetap menomorsatukan penggunaan plastik dalam kehidupan sehari-hari bukan tidak mungkin akan muncul sebuah pulau yang dinamakan 'pulau plastik' akan muncul ke permukaan dan kita baru akan sadar ternyata begitu banyak sampah plastik yang telah kita hasilkan. Bukankah penyesalan selalu datang terlambat? Sebelum hal itu terjadi mari kita jaga lingkungan dengan mengurangi penggunaan kantong plastik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline