Lihat ke Halaman Asli

Via Mardiana

Freelance Writer

Subang Social Movement: Wujud Cinta Generasi Muda untuk Tanah Kelahirannya

Diperbarui: 16 Maret 2017   00:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokumentasi pribadi

“Orang tidak bisa mengabdi kepada Tuhan dengan tidak mengabdi kepada sesama manusia......” Bung Karno.

Ada banyak wujud cinta, salah satunya dengan cara berbagi. Itulah yang menjadi ide awal dari terbentuknya sebuah komunitas Subang Social Movement di Kabupaten Subang. Berawal dari ngobrol-ngobrol santai di warung kopi, tiga orang pemuda asli Subang memutuskan untuk mendirikan sebuah komunitas yang dapat menjadi wadah bagi generasi muda kabupaten Subang untuk peduli terhadap kondisi sosial masyarakat. Subang Social Movement (SSM) lahir di kota Subang pada tanggal 18 Februari 2017 dan berfokus pada kegiatan sosial terutama pendidikan. Sebuah komunitas yang masih sangat muda namun memiliki tugas yang cukup berat karena berorientasi pada pendidikan karakter masyarakat Subang khususnya pelajar. Sampai hari ini, anggota dari Subang Social Movement berjumlah 29 orang yang berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda namun memiliki tujuan yang sama yakni menjadi agen perubahan di tanah kelahiran mereka sendiri. Koordinator dari Subang Social Movement adalah Audia Wira Rachmadi.

Sasaran sekolah yang dijadikan target oleh komunitas ini adalah sekolah-sekolah yang berada jauh dari pusat Kota itu sendiri, dimana biasanya sekolah-sekolah tersebut masih dalam tahap berkembang, entah dari segi jumlah murid ataupun sarana dan prasarana yang ada. Kegiatan pertama yang dilakukan yakni kegiatana Sharing is Caring di SMP dan SMK Cibitung, Kec. Ciater yang dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 25 Februari 2017. Jarak dari kota Subang ke Desa Ciater dapat ditempuh sekitar 1,5 jam perjalanan menggunakan sepeda motor. Kondisi jalan yang berbukit untuk mencapai lokasi, menjadi pengalaman tersendiri bagi anggota komunitas SSM.

Kegiatan dimulai pukul 11.30 diawali dengan perkenalan komunitas SSM sendiri kepada siswa SMP dan SMK Cibitung. Jumlah siswa yang hadir dalam acara tersebut sekitar 40 orang, 18 orang siswa SMK dan 22 siswa SMP. Setelah perkenalan mengenai komunitas SSM, dilanjutkan dengan pemberian materi tentang Komunikasi dan Forum Group Discussion yang dibawakan oleh salah satu founder Subang Social Movement, Rabby Radhiya. Selanjutnya, dilakukan praktek Forum Group Discussion oleh siswa yang dibimbing oleh anggota SSM dengan berbagai topik yang berbeda, seperti “Nikah Muda Yes or No?” Dan “Lanjut kerja atau tidak?” . Pembahasan mengenai kedua artikel tersebut berlangsung dengan kondusif, setiap siswa memberikan pendapatnya mengenai topik artikel yang dibagi tergantung apakah menjadi pihak yang pro atau kontra.

Diakhir kegiatan, anggota SSM menyuarakan kepada seluruh siswa untuk terus bermimpi setinggi langit, karena setiap orang apakah dia tinggal di desa atau kota mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi orang yang sukses tanpa terkecuali. Subang Social Movement berjanji akan menjadi pengantar pemuda-pemudi Kabupaten Subang yang ingin menjadi agen perubahan menjadikan Subang menjadi lebih baik. 

Tentunya, hal ini bukanlah pekerjaan mudah, akan banyak rintangan yang dilalui sampai Subang Social Movement dapat menjadi sebuah komunitas besar yang berisi pemuda-pemuda yang ingin menjadikan tanah kelahirannya lebih baik, satu hal yang pasti mereka melakukan hal ini sebagai wujud cinta untuk Kota kelahirannya.

“Anak muda memang minim pengalaman, karena itu ia tak tawarkan masa lalu. Anak muda menawarkan masa depan” – Anie Baswedan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline