Lihat ke Halaman Asli

Vhina Noviyanti

Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP UNTIRTA

Cegah Stunting dan Gizi Buruk, Mahasiswa KKM Tematik Kelompok 36 Untirta Sosialisasi Pencegahan

Diperbarui: 28 Januari 2022   10:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mahasiswa peserta Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM) Tematik Gelombang 1 Universitas Sultan Ageng Tirtayasa gelar Sosialisasi Pencegahan Stunting dan Gizi Buruk sekaligus memperingati Hari Gizi Nasional dengan tema "Edukasi Pemenuhan Gizi Seimbang Untuk Mencegah Stunting Pada Anak" di Gedung Pemuda, Desa Ujung Tebu, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Serang, Banten. Acara ini dihadiri oleh 27 warga Desa Ujung Tebu dan berlangsung selama 2 jam dengan tetap menerapkan protokol kesehatan seperti memakai masker, Rabu (26/01/2022).

Sosialisasi diawali oleh sambutan dan dibuka oleh Ma'mun selaku Ketua Badan Permusyawaratan Desa. Dalam sambutannya Ma'mun berharap adanya sosialisasi ini dapat menambah ilmu tentang makanan yang sehat dan bergizi kepada masyarakat Desa Ujung Tebu, terutama ibu-ibu yang setiap harinya menghidangkan makanan untuk anak-anak sebagai generasi penerus bangsa.Ketua KKM Kelompok 36, Alfian Fajri mengatakan alasan diadakannya sosialisasi ini karena saat ini 2 dari 10 Balita di Banten mengalami Stunting.

"Persoalan ini bukan persoalan bangsa di masa sekarang saja, melainkan menyangkut masa depan kita karena anak-anak itu adalah generasi penerus. Mereka lah masa depan kita. Bagaimana kita bisa mencapai visi Indonesia mewujudkan Generasi Emas kalau modal dasarnya yaitu anak-anak mengalami Stunting," paparnya.

Materi disampaikan oleh Wahyu Dwi Anggoro (Tenaga Pelaksana Gizi) dan Siti Chusnul Chotimah (Tenaga Promosi Kesehatan) Puskesmas Ciomas. Stunting adalah kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi kronis dan stimulasi psikososial serta paparan infeksi berulang terutama dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), di mana balita memiliki panjang atau tinggi badan kurang jika dibandingkan dengan umur sebayanya.

"Stunting disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu praktek pengasuhan yang tidak baik, kurangnya akses ke makanan bergizi, kurangnya akses air bersih dan sanitasi, dan terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan anc, post natal dan pembelajaran dini yang berkualitas," kata Wahyu Anggoro.

Wahyu menambahkan bahwa Stunting memiliki dampak jangka pendek dan jangka panjang. Dampak jangka pendek yaitu terganggunya perkembangan otak, kecerdasan berkurang, gangguan pertumbuhan fisik dan gangguan metabolisme dalam tubuh. Sedangkan dampak jangka panjang yaitu menurunkan kemampuan kognitif, kekebalan tubuh, munculnya penyakit diabetes, obesitas, jantung, stroke, dan kanker.

Selain itu, pemaparan tentang Pedoman Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) juga disampaikan pada sosialisasi kali ini. Siti Chusnul Chotimah mengatakan bahwa PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran, sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat.

"PHBS itu meliputi persalinan di fasilitas kesehatan, memberi bayi ASI eksklusif, menimbang bayi setiap bulan, makan buah dan sayur setiap hari, melakukan aktivitas fisik, menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan air dan sabun, memberantas sarang nyamuk, menggunakan jamban sehat, dan tidak merokok," paparnya.

*Penulis : Vhina Noviyanti (Mahasiswa Semester 6 Konsentrasi Jurnalistik Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline