Lihat ke Halaman Asli

Mengenangmu, Duhai Soekarnoku

Diperbarui: 24 Juni 2015   05:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1384585530661846506

Bukanlah sebuah kepadatan tersendiri dari sebuah fisiknya, yang menggugah para jiwa muda dan tua untuk meloporkan sebuah kemerdekaan dalam revolusi pada masanya. Ditembak mati, dibiarkan tersiksa. Bukankah sudah lama suara gemuruh peluru tidak terdengarb lagi di telinga para jiwa-jiwa yang hidup di Indonesia. Tidak seperti dulu, bahkan lain dari yang lalu. Pada masanya, semua jiwa rata dengan tangisan yang berdarah. Pada masanya, istri tercinta tanpa kenal lelah menyemangati, tersenyum manis meski hati meringis dengan tangis. Pada masanya, untuk pertama kalinya bendera merah putih dijahit dan dikibarkan dengan bangganya. Pada masanya dan hanya pada masanya kemerdekaan itu terjadi.

Syair demi syair tetulis untuknya dari para pujangga yang berbagga hati dengan keindahan kemerdekaan Republik Indonesia. Bait demi bait dicoba para anak-anak untuk menyalurkan bakat mereka demi bapak Soekarno Hatta. Tema demi tema selalu tercatat dalam hari Kepahlawanan yang selalu dikenang dalam hari rakyat Indonesia. Namun, apalah arti dari hari itu. Jikalau kini hari itu mulai terkikis dan terkelupas sedikit demi sedikit dari para pikiran jiwa-jiwa yang tengah menikmati masanya.

Mengenangmu adalah sebuah kebanggaan tersendiri yang dapat aku lukiskan lewat senyuman. Yang dapat aku haturkan lewat kata-kata indah yang bahkan tidak dapat menyentuh hati para penyair muda. Yang dapat aku suarakan lewat gemuruh suara, “merdeka’” dengan lantangnya, meski pipi ini telah di penuhi oleh buliran kristal bening yang tak dapat tertahan sejenak saja.

‘’Merdeka”!!!!

kulantangkan suaraku, untuk menyeru namamu..

image: sibudakhansem.blogspot.com




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline