Lihat ke Halaman Asli

Vetiana Halim

Ibu dengan 4 anak

"Keterwakilan Perempuan", Lagu Lama Nyaring Bunyinya

Diperbarui: 7 Juni 2023   11:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

"KETERWAKILAN PEREMPUAN", LAGU LAMA NYARING BUNYINYA
Oleh Vetiana Halim.

Baru-baru ini Ketua Kaukus Perempuan Parlemen, Ineu Purwadewi Sundari, menyampIkan keresahannya bahwa keterwakilan perempuan diparlemen masih belum sampai target yang diharapkan, yaitu 30 persen. Saat ini keterwakilan perempuan baru mencapai 22,5 persen. Untuk itu, diperlukan regulasi yang mampu mendongkrak keterwakilan perempuan sampai memenuhi keadilan gender.

Keterwakilan perempuan sudah sejak lama digaungkan para feminis. Karena mereka menganggap persoalan perempuan banyak karena perempuan tidak 'bersuara' di parlemen. 

Jadinya, regulasi yang dihasilkan tidak berpihak pada perempuan. Maka muncullah berbagai persoalan perempuan seperti kekerasan terhadap perempuan, kelerasan dalam rumah tangga yang korbannya adalah perempuan, serta ketidak adilan terhadap perempuan dan seterusnya.

Mereka beranggapan perempuan harus berperan aktif menjadi legislatif. Dapat membuat hukum sesuai sudut pandang perempuan. Hal ini sudah diperjuangkan sejak para perempuan demo di New York tahun 1905 dan Beijing Platform For Action (+)/BPFA (+) tahun 1995, menyuarakan kesetaraan gender. Dan hingga saat ini persoalan perempuan tak kunjung berhenti. Bahkan semakin marak dan kompleks.

Analisa mereka bahwa problem perempuan hanya bisa diselesaikam dengan menambah peran adalah analisa yang dangkal. Karena tidak menyentuh persoalan utamanya.  Adanya masalah pada perempuan, dan ketidak adilan bukan karena mereka kurang berperan. Namun, sistem sekulerisme dan kapitLisme yang menimbulkan ketimpangan dan ketidak adilan. Turunannya memunculkan masalah sosial yang semakin hari semakin buruk.

Akibat liberalisasi ekonomi, menyebabkan ketimpangan ekonomi yang  cukup tajam. Kekayaan negara hanya berputar di segelintir
manusia. Ditambah lagi aspek ruhiah tidak menjadi dasar dari perbuatannya. Segala cara ditempuh untuk memenangkan materi semata!

Kehidupan sosial juga menjadi tumbal kapitalisme. Banyak korban perceraian, prostitusi,  kriminalitas dari anak hingga dewasa, korupsi merajalela, peran ganda perempuan yang menjadikan kualitas generasi menjadi lemah.

Alhasil, meskipun peran perempuan memenuhi target 30 persen, permasalahan perempuan tidak akan selesai. Karena penyebab dari masalah perempuan adalah penerapan sistem sekular kapitalisme yang sudah membawa petaka sejak kelahirannya. Menegasikan  ketaatan kepada Allah dan mempertuhankan hawa nafsu manusia. Sebagaimana firman Allah di surat Ar Ruum 41

Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).

Jika ketaatan kepada Allah menjadi dasar perbuatan manusia, hukum Islam menjadi panduannya. Islam mempunyai seperangkat aturan hidup yang menyeluruh, berupa sistem ekonomi, pergaulan, bahkan peradilan yang saling terkait satu sama lain.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline