hari di mulai saat bulan bersinar
bentangan layar perahu adalah simpul sepatumu
harap sebuah peruntungan dalam bisik angin malam
tanganmu seperti jaring yang menemanimu
Jangan panggil mentari terbit
kar'na itulah saat bagimu pergi dari atas kasurmu
dinding rumahmu berwarna kekelaman
hitam cakrawala mewarnai atap rumahmu
tetesan keringat di bawah kolong langit
bermandikan masuk angin keluar peluh
di atas buih laut, batang kayu perahumu berpijak
saat engkau kembali
saat memijak bumi
saatnya engkau bermimpi
engkau memimpikan tuaian hasil ikan tersusun rapih di pelataran pelelangan ikan
engkau memimpikan daging ayam kota pengganti garam lautan
engkau memimpikan jerat tengkulak tenggelam dalam tikaman keadilan
engkau memimpikan anakmu menjaring ilmu di samudera pendidikan
Selamatkan harimu nelayan
demi nenek moyang kita adalah seorang pelaut
Selamatkan harimu nelayan
demi berdiri tegak dalam diatas kebanggaan palsu negara kepulauan
Selamatkan harimu nelayan
demi peraturan pemerintah yang berceloteh:
"demi kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia"
demikianlah harga mati kesejahteraanmu
saat engkau masih bermimpi
saat engkau masih memijak bumi
saat engkau masih kembali
panggil mentari terbenam
kar'na inilah saat bagimu datang menuju realitamu
dinding mimpimu tidak berwarna
bening cakrawala mewarnai atap mimpimu
menyimpan keringat di permukaan daratan
tertidur hembuskan angin menelan peluh
di atas bumi, batang kayu perahumu terdampar
perahu peruntungan menemanimu
bulan bersinar saat hari dimulai
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H