Lihat ke Halaman Asli

Abdi Galih Firmansyah

Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang

Polemik: Joko Tingkir Ngumbih Dawet

Diperbarui: 24 Agustus 2022   19:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diambil dari deviantart.com

Akhir-akhir ini telah terjadi polemik di media sosial yang melibatkan antara bayak Ulama' Indonesia dengan pencipta lagu dangdut Joko Tingkir Ngombe Dawet, khususnya dari kalangan Nahdliyyin atas dikaitkannya nama Joko Tingkir dalam salah satu lagu dangdut koplo. 

Hal ini menuai kritikan dari pihak LESBUMI terutama, KH. Jadul Maula selaku ketua Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia berpendapat kepada NU Online pada Sabtu (20/8/2022). 

Beliau menjelaskan bahwa Joko Tingkir adalah putra dari Ki Kebo Kenongo (Ki Ageng Pengging II) dan cucu Adipati Andayaningrat (Ki Ageng Sepuh) yang masih terhitung keturunan dari Brawijaya V, tuturnya. 

Lebih lanjut, Kiai Jadul menuturkan bahwa Joko Tingkir adalah seorang santri dari Sunan Kalijaga dan Sunan Kudus, ayahnya merupakan murid dari Syekh Siti Jenar. "Diriwayatkan pula beliau juga berguru kepada Ki Ageng Selo dan Ki Ageng Bayubiru", imbuh kiai Budayawan kelahiran Pekalongan itu.

Joko Tingkir memiliki nama kecil Mas Karebet, ia adalah nama muda dari Sultan Hadiwijaya, raja kesultanan Pajang. Kiai Jadul, menjelaskan bahwa kesultanan Pajang melanjutkan usaha dakwah Walisongo yang sebelumnya berpusat di Demak, terutama ke Selatan wilayah pedalaman jawa dan Jawa timur. 

Bersamaan dengan berdirinya Kesultanan Mataram di Yogyakarta hingga sekarang, peran Kesultanan Pajang sudah tidak pada wilayah kekuasaan politik melainkan lebih berkonsentrasi di bidang pendidikan dan kebudayaan. Sholawat Rodat adalah salah satu seni Islam sebagai media dakwah di era Kesultanan Pajang yang berkembang saat itu.


Duduk Perkara Lagu Joko Tingkir Menurut Ahli Bahasa

Makyun Subuki, pakar linguistik dari UIN Syarif Hidayatulllah Jakarta, menuturkan bahwa lagu Joko Tingkir Ngombe Dawet bukanlah suatu hal yang dianggap pelecahan, karena tidak ada unsur negatif mengingat ngombeh dawet tidaklah berarti hal buruk. 

"Pelecehan sih mungkin enggak, ya. Ngombe dawet itu kan bukan perkara negatif. Saya yakin, seandainya zaman dulu sudah ada dawet, para perawi hadits nggak bakal jadi dlo'if  hadisnya gara gara ngombe dawet" ujarnya, pada Rabu (17/8/2022).  

Makyun melanjutkan, namun bila dilihat dari segi kepantasan memang tidak pas. Pasalnya Joko Tingkir adalah Ulama' dan kakek buyutnya ulama' ulama' NU. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline