Lihat ke Halaman Asli

Abdi Galih Firmansyah

Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang

Sosial Sosial

Diperbarui: 25 Juni 2022   12:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sosial sosial

Apa yang kurasakan mungkin hanya sepersekian percik warna kehidupan.
Bagaikan patung tak bernyawa melihat, mendengar, dan yang lainnya...
tak pernah merasakan.

Wahai sahabat, maafkanlah aku. Dari ujung tahun 11 hingga 22. Kesal, jenuh, bosan berputar putar saja dalam sosial.

Seberapa jauh aku berlari, seberapa luas aku mencari, seberapa jeli ku membaca, seberapa mantap ku merasa,
Semuanya hanyalah ilusi semata tak bertepi.

Merekam memori sebelum tahun 11, kecereiaan dan kesenangan adalah warna background hidupku dan kalian...
Teman

Sawah lor lontar, Lapangan MI, Latar mbah minem, Darul muwahiddin, Dam kebondalem. Ingatanku yang tebal akan kerinduan semakin berpacu dikala ku diterpa oleh kesendirian

Dimas bandi, Tegar rohmat, Dicky VBC, Ipul nanggal, senyuman kalian kuikat kuat-kuat dalam relung hati dan jiwa.

Beribu batang rokok kuhabiskan sebagai obat kangenku kepada kalian semua wahai kawan.

Ku hisap satu nafas, keluarlah manusia-manusia hebat yang damai dan cinta

Hisapan kedua, rangkulan mereka semakin mendekap hingga sukmaku tergetar tak tahan akan kerinduan dan kasih sayang...

Matamu yang berbalur kepercayaan, hatimu yang suci tiada pamrih, tanganmu yang kotor berclemotan oli, hingga tawamu yang tak henti-hentinya getarkan hatiku

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline