Lihat ke Halaman Asli

Abdi Galih Firmansyah

Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang

Kembali kepada Alam

Diperbarui: 28 Agustus 2021   16:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. pribadi

 Media sosial telah lama menjadi rujukan yang dipaksa oleh zaman untuk mau tidak mau kita bergulat ke situ. Dipaksa oleh era millenial ini untuk menelan mentah mentah informasi yang sama sekali tidak penting, sehingga menjadikan konsentrasi dan fokus kita buyar, tidak ada titik temu yang diperjuangkan untuk mengasah keterampilan, kreativitas, dan intelektual.


Ibarat air sungai yang tak akan ada habisnya kalau kita terus mengamati, pasti selalu ada aliran air baru yang  mengalir dan tak akan ada habisnya. Kita akan terjatuh ke dalam jurang kejenuhan, kebosanan, dan kegelisahan dengan wajah aliran itu yang nampak luarnya saja indah membuat kita menggebu gebu serius mengamatinya


Sehingga solusi yang tepat adalah kembali kepada alam,  kembali kepada dunia yang nyata seperti halnya masa kecil kita dulu, keasyikan, kepolosan, apa adanya, jiwa kebebasan adalah ciri khas dunia nyata yang tidak dimiliki oleh dunia maya. Keindahan alam memiliki citra yang sangat berbeda 180 derajat dengan dunia maya yang hanya mendorong kita untuk terus menggebu gebu beradu kemewahan dengan manusia lain.


Sawah, ladang, sungai, pepohonan di sekeliling kita masih saja tidak dihiraukan. Keindahan warna warni alam yang jelas nampak di depan mata. Hijaunya sawah dan pepohonan, biru lautan, putih awan, jingganya sunset, merah mawar dan masih banyak lagi. Mungkin ada baiknya jika kita sesekali meluangkan waktu pagi pagi habis shubuh untuk pergi ke sawah menghirup sejuk dan dinginnya suasana duduk santai minum teh hangat berpuisi di depan bentang hijau sawah kira kira 15 menit-an lalu kembali pulang, dan jangan membuka medsos seharian lakukan hal itu satu minggu secara rutin maka kita akan merasakan kehidupan yang baru. Kehidupan yang hakiki,  kehidupan yang benar benar hidup.


Bersosial dengan masyarakat, tetangga, keluarga sudah seharusnya menjadi hal yang lebih prioritas dibandingkan hanya membuka medsos. Hal ini sudah seharusnya  digalakkan oleh para pemuda era sekarang, para pemuda yang menjadi agent of change, para pemuda yang mewarisi untuk menggenggam, melestarikan, menjaga alam dan  kebudayaan negeri tercinta ini. Saya yakin bahwasanya di luar sana sudah banyak dari kita yang mengalami kebosanan,  kegundahan, gelisah karena dipaksa oleh zaman untuk berkutat hanya untuk seberapa keren, seberapa tingkat gengsi kita, di instagram, facebook atau apalah itu.

Mari bergerak kawan, selagi udara indonesia masih segar, pulau pulau masih didominasi warna hijau, burung burung masih semangat berkicau, Lautan masih biru,  terumbu karang masih ada yang memelihara, serta satwa lokal yang masih konsisten dijaga dan diindahkan.  Mari keluar, nikmati, lestarikan, dan jaga kebersihan alam dari membludaknya sampah plastik. Sebagai semata mata wujud  syukur kita kepada tuhan yang maha indah. Sadarlah manusia Indonesia! 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline