Dalam menjelaskan titrasi, dapat kita pahami bahwa titrasi adalah cara analisa tentang pengukuran jumlah larutan yang dibutuhkan untuk bereaksi secara tepat dengan zat yang terdapat dalam larutan lain. Titrasi juga merupakan suatu proses analisis dimana suatu volum larutan standar ditambahkan ke dalam larutan dengan tujuan mengetahui komponen yang tidak dikenal. Larurat standar dibedakan menjadi dua standar yakni standar primer dan standar sekunder.
Indikator asam basa adalah petunjuk tentang perubahan pH dari suatu larutan asam atau basa. Indikator/penunjuk digunakan untuk mengetahui bahwa titik ekuivalen pada titrasi sudah tercapai. Indikator ini juga harus berubah warna pada saat titik ekuivalen tercapai.
Indikator ini dapat bekerja berdasarkan perubahan warna indikator pada rentang pH tertentu. Terdapat beberapa indikator yang memiliki trayek perubahan warna cukup akurat akibat pH larutan berubah, seperti indikator metil dan bromtimol biru. jingga, metil merah, fenolf
Kurva titrasi merupakan grafik yang menggambarkan alur pH terhadap volum asam atau basa yang ditambahkan pada saat titrasi. Bila suatu asam dititrasi dengan basa tetes demi tetes, maka pH campuran akan naik seiring dengan penambahan jumlah basa tersebut. Apabila perubahan jumlah larutan standar yang ditambahkan dihubungkan dengan perubahan pHnya, akan diperoleh grafik dengan pola tertentu yang disebut kurva titrasi.
Untuk menentukan konsentrasi larutan asam atau basa dengan cara titrasi, reaksi penetralan asam basa dapat digunakan untuk menentukan kadar/konsentrasi berbagai jenis larutan. Metode titrasi yang dilakukan di laboratorium dengan penentuan konsentrasi asam basa akan menggunakan data hasil titrasi asam basa.
Tidak hanya titrasi menjadi fokus pada pembahasan tentang kimia larutan, konsep sifat koligatif larutan ini juga menjadi penting karena sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak bergantung pada jenis dan ukuran zat terlarut, tetapi hanya bergantung pada jumlah partikel zat terlarut.
Sifat-sifat koligatif telah ditemukan oleh ahli kimia Belanda Jacobus van 't Hoff pada akhir abad ke-19. Sifat-sifat koligatif memiliki ketergantungan pada penurunan titik beku, tekanan uap, peningkatan titik didih, dan tekanan osmotik larutan. Sifat-sifat koligatif juga memiliki manfaat dalam banyak aplikasi praktis, termasuk dalam pembuatan bahan kimia, indstri makanan dan farmasi.
Sifat koligatif larutan dapat berbeda tergantung pada apakah larutan tersebut mengandung zat terlarut yang berupa elektrolit atau non-elektrolit.
Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik, dimana di dalam larutan ini juga berisi molekul-molekul yang terurai atau terdisosiasi, hingga menjadi partikel-partikel bermuatan listrik positif (kation) dan negative (anion).
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak bergantung pada jenis dan ukuran zat terlarut, tetapi hanya bergantung pada jumlah partikel zat terlarut. Sifat-sifat koligatif ini bergantung pada penurunan tekanan uap ( P ), kenaikan titik didih (Tb ), penurunan titik beku ( T f ), dan tekanan osmotik ( ) larutan.