Lihat ke Halaman Asli

Veronika AffriLia

Undergraduate Pharmacy Student

Merenung: Seni Mencintai Diri Sendiri

Diperbarui: 18 Juni 2024   13:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Revolusi industri merupakan peralihan penggunaan tenaga mesin yang menggantikan tenaga manusia. Peralihan ini terjadi saat memasuki abad ke-18 dan terus mengalami perkembangan yang membuat zaman semakin berubah hingga saat ini. Revolusi industri mengawali perubahan manusia pada berbagai sektor sehingga kehidupan manusia menjadi tidak sama lagi. Manusia pada zaman sekarang ini telah memasuki era modern dengan berbagai kemudahan oleh kemajuan teknologi. 

Manusia telah dipaparkan dengan kemajuan teknologi sejak dini yang dapat bertindak bagai pedang bermata dua. Selain karena manusia dapat melakukan banyak hal dalam satu waktu, manusia juga dapat dengan mudah berkomunikasi dan mencari informasi hanya secara virtual. Namun, dengan berbagai alasan kemudahan tersebut, tidak dapat dipungkiri bahwa terdapat dampak negatif yang menjadi konsekuensinya. 

Kemudahan dalam melakukan segala hal menuntut manusia untuk melakukan segalanya dengan serba cepat dan dalam satu waktu. Hal itu mengakibatkan manusia cenderung merasa selalu dipenuhi tuntutan tanpa ada habisnya. Macam distraksi akan terus datang hingga menimbulkan manusia tidak memiliki waktu terhadap dirinya sendiri dan mudah kehilangan fokus.

Kebiasaan terhadap toleransi distraksi, yaitu membiarkan diri tidak memiliki waktu terhadap dirinya sendiri, merupakan bentuk dari perbuatan tidak menghargai diri sendiri. Hal tersebut dapat berpengaruh dalam kesehatan mental dan dapat mengganggu aktivitas sebab menjadi mudah kehilangan fokus. 

Kemudahan teknologi dengan ponsel pintar atau smartphone misalnya, dapat mendistraksi diri hanya dengan getaran yang ditimbulkan maupun bunyi notif yang muncul. Hal ini terjadi sebab perasaan kesenangan secara instan dapat dihasilkan hanya dengan membuka smartphone, yaitu dengan terjadinya lonjakan dopamin yang merupakan hormon kesenangan. 

Selain itu, penggunaan smartphone bahkan digunakan pada waktu luang untuk mendistraksi diri. Distraksi tersebut dianggap sebagai “security blanket”, yaitu kegiatan manusia untuk menghindari interaksi atau perasaan yang tidak menyenangkan saat sendirian. Sebab, pada zaman sekarang ini, sendirian seringkali dianggap socially unacceptable. Seseorang akan cenderung bermain smartphone daripada menikmati apa yang ada di depannya. 

Padahal, kecanduan smartphone dapat berdampak negatif pada kemampuan berpikir, mengingat, memperhatikan, dan mengatur emosi. Selain itu, manusia akan selalu merasa tidak memiliki waktu istirahat yang cukup walau kenyataannya tidak sedang berkegiatan. Perasaan tersebut biasa disebut dengan “mentally exhausted” dan terjadi karena otak selalu disuguhi konten yang menghasilkan dopamin secara instan.

Sebuah solusi yang bisa ditawarkan untuk mengatasi hiruk pikuk kehidupan yang terkadang terasa terlalu cepat ini adalah dengan merenung. Merenung merupakan kegiatan berpikir secara mendalam dengan mengistirahatkan otak pada rentang waktu tertentu. 

Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Perspectives on Psychological Science menunjukkan bahwa merenung dikaitkan dengan peningkatan kesadaran diri, pembelajaran, dan memori. “Kami fokus dalam diri yang berdampak pada cara kita membangun kenangan, memberi makna, dan mentransfer pembelajaran tersebut ke dalam konteks baru.” (Mary Helen Immordino-Yang, 2012). 

Merenung dapat mengevaluasi diri terhadap kepuasan hidup dalam berbagai faktor (kesehatan fisik, hubungan, dan pekerjaan) yang merupakan salah satu cara meningkatkan kualitas hidup dengan meningkatkan kesejahteraan diri. Penelitian menyebutkan bahwa kebiasaan merenung dapat memberikan manfaat bagi kestabilan mental manusia. Dengan merenung, manusia mengambil waktu sejenak secara sadar untuk beristirahat dari segala distraksi. 

Merenung merupakan hak asasi manusia yang berkaitan dengan kebebasan ekspresi. Manusia harus lebih paham bahwa tidak ada salahnya mengambil waktu sejenak untuk menyusun dan mengolah pikiran dari segala kusutnya hal duniawi yang terkesan berjalan sangat cepat dan tidak pernah berhenti. Dengan merenung, kehidupan manusia bisa lebih sejahtera.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline