Lihat ke Halaman Asli

Veronika tampubolon

Melodi tertulis

"System Thinking" dalam Pendidikan yang Holistik

Diperbarui: 25 Agustus 2022   06:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Apakah kita cenderung melihat sesuatu dari satu sudut, dengan pandangan yang sempit atau cenderung mengkotak-kotak kan atau melihat sebagai sesuatu yang terpisah berbagai bagian di dalam sebuah sistem yang kompleks ? system thinking adalah salahsatu seni cara pandang ataupun berpikir yang itu dapat berguna dalam mengatasi masalah dan membuat solusi maupun dalam mengembangkan sesuatu dan mencapai tujuan. System thinking berarti melihat sesuatu dengan menyeluruh sebagai satu kesatuan yang utuh dan melihat hubungan antar elemen atau bagian-bagian dari sistem yang kompleks. 

Contoh ilustrasinya, tubuh seorang manusia sekalipun satu tapi memiliki banyak bagian atau anggota. Tubuh tidak bisa terdiri dari satu bagian saja karna semua bagian saling terkait satu sama lain, tidak dapat diperhatikan hanya bagian tertentu dengan yang lain diabaikan karena semua anggota tubuh merupakan satu kesatuan yang utuh. Ilustrasi berikutnya, mobil memiliki banyak bagian-bagian yang saling terhubung dimana ada sistem yang kompleks sehingga setiap bagian saling terkait dan itu yang memungkinkan fungsi dari mobil tersebut dapat berjalan dengan baik.

Untuk membangun pendidikan yang holistik kita juga perlu memakai system thinking ini, setidaknya mencakup dalam tiga hal berikut ;

1. Kita mesti memahami pribadi dari pendidik dan peserta didik secara menyeluruh dan utuh, contohnya kita tidak boleh melihat mereka hanya sebagai pikiran semata yang hanya perlu diisi dengan berbagai informasi dan teori atau sebagai mesin yang dapat selalu dioperasikan untuk memproduksi apa yang kita mau. Melainkan kita melihat mereka sebagai pribadi yang utuh baik dari dimensi struktural (tubuh, kognitif, personaliti) dan fungsional (moral, sosial, vocational/panggilan, faith) atau intelektual, emosional, fisik, sosial, estetika dan spiritualitas. Sehingga kita mempertimbangkan semua hal tersebut dalam tujuan, perencanaan dan proses pendidikan juga dalam evaluasi. Memperhatikan kebutuhan dan pertumbuhan individu secara menyeluruh dan utuh.

2. Kita mesti melihat tujuan pendidikan secara utuh yaitu mencakup tujuan untuk kehidupan pribadi, kehidupan dalam komunitas dan kehidupan dalam tatanan alam semesta. Sehingga kita memperhatikan bagaimana tiap pribadi yang unik tersebut dapat dibaharui dan berkembang dengan baik sebagaimana tujuan dari Sang Pencipta. Dan bagaimana tiap pribadi sebagai bagian dari komunitas (seperti keluarga, masyarakat dan negara) ditolong untuk dapat berkontribusi positif dalam kehidupan bersama termasuk dapat menjaga keutuhan dalam kehidupan masyarakat yang pluralistik. Selanjutnya sebagai bagian dari dunia dan tatanan alam semesta, pribadi tersebut perlu menyadari bahwa ia adalah bagian dari seluruh tatanan ciptaan dan ia perlu mengambil bagian dan bekerjasama dalam mengelola bumi dan menjaga tatanan alam semesta ini. 

3. Fungsi kepemimpinan juga perlu melihat hubungan dari berbagai hal yang mempengaruhi pendidikan, contohnya memperhatikan berbagai bidang lain yang terkait seperti kesehatan, teknologi, lingkungan, finansial dan lain-lain.  Serta memperhatikan hubungan dari berbagai pihak ataupun orang yang sama-sama berkontribusi atau berperan dalam proses dan tujuan pendidikan yang holistik. Kepemimpinan dengan system thinking mengubah kepemimpinan yang bersifat hirarki menjadi kolaboratif, yang berpusat pada satu orang menjadi beberapa tim yang diberi ruang untuk berdaya, yang tadi bersifat kompetisi atau bersaing menjadi saling melengkapi dan membangun satu sama lain. 

Demikianlah kira-kira secara singkat penjelasan tentang system thinking dalam pendidikan holistik. Kembali saya ingatkan bahwa pendidikan itu bukan hanya sekolah formal melainkan lebih luas dan mencakup banyak hal dan pihak, semuanya perlu diperhatikan untuk dapat mencapai tujuan pendidikan yang holistik bagi generasi ke generasi. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline