Lihat ke Halaman Asli

Veronika tampubolon

Melodi tertulis

Sejarah Pendidikan Orang Ibrani (2300-586 SM) dan Pelajaran yang dapat direfleksikan

Diperbarui: 11 Juli 2022   18:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://wonderfullightministries.org/renungan/keluarga-abraham-bagian-i/

Sejarah bangsa Israel dalam perjanjian lama secara umum dapat dibagi menjadi dua bagian utama: Pra-pembuangan (2300-586 SM) dan Pasca-pembuangan (580-430SM). Sebelum masa pembuangan tahun 586 SM, mereka disebut orang "Ibrani" tetapi setelah masa pembuangan mereka disebut "Yahudi" dan ini menandakan perubahan mendasar dalam budaya mereka. Jadi pendidikan Ibrani secara historis dan budaya berbeda dari pendidikan Yahudi.  

Orang Ibrani pada awalnya hidup nomaden atau hidup berpindah-pindah. Mereka tinggal di sekitar Palestina dan pada waktu itu kehidupan mereka banyak bergelut di bidang pertanian dan peternakan. Mereka belum banyak kontak atau berbaur dengan bangsa asing melainkan berada pada masa pembentukan budaya Ibrani yang khas, yang terpisah dari budaya bangsa-bangsa asing. Bangsa Ibrani diawali dengan panggilan Allah kepada keluarga Abraham lalu kemudian berkembang keturunan demi keturunan.

Berikutnya, mereka tinggal di Mesir dan menjadi bangsa yang besar disana, mereka hidup berbaur dengan bangsa lain namun tetap mempertahankan budaya khas Ibrani. Mereka kemudian mengalami perbudakan di Mesir, perbudakan tersebut berakhir setelah mereka dibawah Tuhan keluar dari Mesir kembali ke tanah perjanjian yang disebut tanah Kanaan (Kanaan adalah istilah kuno untuk wilayah yang meliputi Israel, Palestina, Lebanon, serta sebagian Yordania, Suriah, dan sebagian kecil Mesir timur laut), dipimpin oleh Musa kemudian dilanjutkan oleh Yosua. 

Bangsa Ibrani awalnya menganut sistem theokrasi langsung, Tuhan yg memimpin mereka secara langsung dan prinsip-prinsip Ilahi memegang peran utama. Namun selanjutnya berubah menjadi sistem monarki atau adanya raja yang diangkat untuk mewakili Tuhan mimpin bangsa Ibrani. Kerajaan orang Ibrani awalnya adalah satu namun kemudian terpecah menjadi dua, kerjaan utara dan selatan. 

Bagi bangsa Ibrani, Tuhan menjadi sentral di semua bidang kehidupan. Sehingga tidak ada pemisahan iman dari bidang kehidupan yang lainnya. Segala sesuatu dalam budaya Ibrani dipandang secara religius, begitupun dengan pendidikan. Tujuan pendidikan adalah untuk mengenal Allah dan menjalankan apa yang menjadi kehendak-Nya. Pendidikan menekankan pembentukan iman, karakter dan moral, juga memperlengkapi dalam kehidupan praktis sehari-hari maupun kehidupan di masyarakat dalam berbagai bidang. Semua itu dikerjakan dan diarahkan dengan berpusat pada Tuhan.

Keluarga dan rumah bagi orang Ibrani adalah lembaga pendidikan utama untuk anak-anak, baik melalui pengajaran yang disengaja maupun melalui kehidupan dalam keluarga itu sendiri (Kel. 12:26-27; 20:4-12; Ul. 4:9-10; 6:1-9; 11  : 19-20 ; 29 : 9 ; Maz 78 : 3-6 : Ams 6:20 ). 

Ibrani menganut budaya suku dan setiap suku juga menjadi bagian dari keluarga besar mereka, yang bertanggung jawab untuk pendidikan dari generasi ke generasi. Mereka belajar sambil melakukan. Kehidupan bermasyarakat dan perayaan-perayaan besar dalam budaya orang Ibrani juga digunakan sebagai instrumen pendidikan. Alasan untuk pesta dan festival , penempatan tempat ibadah, dan kegiatan kebaktian tidak hanya mengungkapkan signifikansi agama dan sejarah, tetapi juga kepentingan pendidikan ( Ul . 4:14 ; 6:1 ; 26:1ff ; Josh .  8 : 30-35 : 2 Kg 2 : 3 ; 4:38 : 5:22 ; 2 Taw 17 : 7-19 ).  

Pada saat orang Ibrani di Mesir, ada kemungkinan sebagian mereka mengikuti pendidikan formal di Mesir. Kemudian setelah keluar dari Mesir, para imam dan nabi mengikuti zaman Musa membuat pendidikan non formal. Setelah masa monarki Ibrani, mulai ada pendidikan formal yaitu sekolah juru tulis, yang disediakan di luar kegiatan instruksional para imam dan nabi.

Keberadaan kemah pertemuan dan bait suci juga menyediakan akses ke para imam dan  individu terpelajar lainnya untuk menerima pendidikan. Kemah pertemuan dan kemudian bait suci menjadi tempat pendidikan permanen pertama dalam budaya Ibrani. Namun sejarah Ibrani menunjukkan bahwa keluarga tetap memegang peran utama dalam pendidikan.

Isi maupun model pendidikan orang Ibrani selalu dikembangkan sesuai konteks budaya dan kebutuhan kehidupan yang terus berkembang. Selama periode sebelum masa perbudakan dan periode perbudakan, taurat belum ada. Oleh karena itu, taurat  tidak sejak awal ada dalam pendidikan Ibrani. Kurikulum Ibrani memang selalu berpusat pada Tuhan, tetapi sumber informasi ini dan sumber hikmat ilahi untuk hidup berbeda sepanjang periode tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline