Diakhir semester ini akan banyak pelajar yang menerima rapor dan seperti biasa masih ada sekolah dengan sistem perangkingan yaitu mereka yang dapat nilai tertinggi di kelas akan dapat juara. Penilaian ini diambil setelah semua nara didik belajar semua mata pelajaran dengan cara yang sama dan di evaluasi dengan hal dan cara yang sama.
Sebenarnya para ilmuwan dan pakar dalam pendidikan sudah lama mengkritisi sistem pendidikan yang demikian. Namun di negara kita memang masih sulit diperbaharui seutuhnya, bersyukur saat ini ada pak Nadiem Makarim sebagai menteri pendidikan yang sangat banyak menggerakkan transformasi di dunia pendidikan Indonesia termasuk adanya kurikulum merdeka dan penghapusan UN.
Finlandia merupakan salahsatu negara yang dikenal memiliki kualitas dan sistem pendidikan yang bagus dan terbaik di dunia. Disana tidak ada sistem perangkingan dan anak tidak dipaksa belajar semua mata pelajaran maupun dievaluasi dengan hal dan cara yang sama.
Mereka berusaha mengenal keunikan anak dan memberikan pendampingan serta pelajaran sesuai kebutuhan tiap individu. Disana untuk menjadi seorang pendidik dibutuhkan kualifikasi yang tinggi ditambah harus punya passion dalam bidang pendidikan. Sekolah merupakan tempat belajar bukan tempat berkompetisi.
Howard Gardner dengan teori multipel inteligensia (MI) dalam penelitian selama bertahun-tahun, ia menemukan bahwa setiap orang memiliki kecerdasan masing-masing dan tiap individu bisa berbeda-beda sehingga mengajar dan mengevaluasi mereka dengan hal dan cara yang sama tidaklah tepat.
Maria Montessori mengatakan bahwa setiap anak memiliki bakat alami yang tersembunyi dalam jiwanya, tugas pendidik adalah membantu menemukan dan menfasilitasi perkembangannya sehingga semua anak tumbuh menjadi 'sang juara' artinya semua bersinar di bidang masing-masing, dibarengi dengan karakter dan spiritualitas yang mulia.a
Saya sebenarnya ada rasa takut ketika menulis dan membagikan tulisan ini, karna saya tahu ada banyak orang yang masih mendukung dan melakukan pola pendidikan yang sudah lama mendarah daging. Namun, saya belajar untuk tetap menulis dan membagikan sedikit dari apa yang saya pelajari dan refleksikan dalam beberapa tahun hidup saya. Sekiranya hal kecil ini bisa menyetuh hati beberapa orang dan membuka cakrawala berpikir yang lebih luas juga berbeda dari praktik pendidikan yang pada umumnya sudah mendarah daging, hal ini tentu dengan harapan dunia pendidikan perlahan dapat terus diperbaharui semakin lebih manusiawi sekaligus illahi..🙏
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H