Beberapa tahun melayani, mendidik maupun membimbing anak-anak, remaja & pemuda/i, saya melihat satu fenomena yang jadi masalah serius tapi sering diabaikan yaitu berkaitan dengan seks.
Begitu juga ketika mengingat masa saya anak-remaja dan mendengar pengalaman dari banyak teman-teman, ini sesuatu yang penting tapi diabaikan oleh para orang tua, guru maupun pembimbing.
Banyak anak-remaja bahkan sampai orang dewasa yang tidak nyaman dengan tubuhnya sendiri maupun gairah seks yang dimiliki dan ada yang terikat dosa pornografi, mastrubasi, berbagai penyalahgunaan & penyimpangan seks. Ini tentu perlu menjadi perhatian kita sebagai pribadi, sebagai orang tua, guru maupun pembimbing.
Seks itu berkaitan dengan badani atau biologis perempuan dan laki-laki, yang sering disebut jenis kelamin. Bagi masyarakat umum, membicarakan tentang seks itu dianggap sebagai hal yang tabu.
Antara orang tua dengan anak merasa sungkan membahas area ini. Malahan berusaha supaya tidak ada pembicaraan yang membahas kearah seks tersebut, mengaburkan hal-hal yang berhubungan dengan seks melalui pengunaan bahasa yang tidak sesuai.
Dan di sisi yang lain, ada yang membuat ini sebagai bahan lelucon yang sebenarnya sama sekali tidak bermutu.
Sementara kita tidak bisa menyangkali bahwa anak-anak terutama setelah remaja mengalami perubahan dalam hal seks dan mereka punya rasa ingin tahu, saat kita mendiamkan dan membiarkan begitu saja maka mereka mencari tahu sendiri dengan caranya dan bisa dari sumber yang salah.
Jika itu terjadi maka, sangat disayangkan banyak yang akhirnya salah persepsi dan salah bertindak terkait seks tersebut. Mari belajar beberapa hal dibawah untuk melihat seks dengan benar dan mengajarkannya bagi anak-remaja yang kita kasihi:
1. Saat berbicara tentang alat kelamin kepada anak, gunakanlah bahasa yang sebenarnya seperti vagina untuk yang perempuan dan penis untuk yang laki-laki.
Jangan pakai bahasa pengganti seperti burung, pisang, lepat dan lain-lain. Ini penting, supaya anak paham bahwa memiliki vagina ataupun penis bukan hal yang memalukan, bukan hal receh dan tidak bisa disamakan dengan burung, pisang, lepat dan lain-lain.
Di sini kita mesti menolong mereka untuk dapat menerima diri dan keunikannya sebagai perempuan ataupun sebagi laki-laki. Dan ini juga menolong mereka dapat menghargai orang lain baik itu yang perempuan maupun laki-laki.