Lihat ke Halaman Asli

Veronica Maureen

Communication Science Student

Belajar Virtual Tidak Hanya tentang Kecepatan Internet: Kembali Belajar dengan Hati yang Penuh

Diperbarui: 3 Januari 2021   22:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saya bukan orangtua, siswa, atau mahasiswa. Masa studi S1 saya telah berakhir Agustus 2020 lalu, namun dalam satu semester kemarin saya mendapatkan kesempatan untuk kembali belajar dalam 2 kelas. Saya diampu menjadi asisten dosen dalam kelas Penulisan Jurnalistik Lanjutan (Feature Writing) dan Kelas Penulisan Relasi Publik (PR Writing). Melihat dalam 2 kelas tersebut, dalam 1 semester kemarin, saya punya kekhawatiran akan bagaimana mahasiswa menyikapi proses belajar virtual ini.

Jika saya yang bukan mahasiswa juga bukan orangtua/dosen ini boleh mengutarakan, ada beberapa hal penting yang patut dipersiapkan untuk kembali belajar dalam tahun 2021 ini:

Menyediakan Waktu

Tentu, tentu, jadwal matakuliah (MK) sudah dipilih dan ditentukan sejak awal semester. Akan tetapi dalam pengalaman saya di semester kemarin, ada saja alasan A-Z yang digunakan mahasiswa untuk tidak on camera/on speaker yang juga artinya tidak menjawab pertanyaan atau berdiskusi selama kelas. Sayat tidak menyalahkan si mahasiswa, maupun orangtua mereka. Saya hanya menyatakan bahwa jadwal kelas sudah dibuat, seharusnya waktu  tetap disediakan secara penuh.

Saya sendiri sebagai seorang anak paham bahwa orangtua juga bisa merencanakan sesuatu tanpa menanyakan/konfirmasi. Atau juga dalam banyak kesempatan kita sendiri (sebagai mahasiswa) yang menyepelekan jadwal kelas yang sudah dibuat awal semester itu, semata-mata karena ini kelas daring. Sekali lagi saya tidak menyalahkan orangtua maupun si mahasiswa, karena bagaimanapun kondisi serba virtual ini perlu adaptasi (tapi sudahan yuk adaptasinya, mari serius meluangkan waktu untuk belajar di kelas).

Hati dan Kemauan

Kalau sudah menyediakan waktu, tentu perlu disusul juga dengan kemauan diri sendiri. Bagi anak sekolah, mahasiswa yang kuliah frasa 'kembali belajar' itu saja sudah terkesan menyeramkan/menyebalkan/tidak disukai. Bagaimana mau menjalaninya dengan hati yang gembira? Saya sendiri pun dulu sebagai mahasiswa merasakan banyak waktu saya kehilangan kemauan untuk belajar, untuk mau tahu. Sesederhana itu, tapi sangat penting. Terlebih saat ini harus didukung juga dengan proses mendisiplinkan diri untuk mengerjakan ini itu di rumah saja. Tidak ada kawan-kawan, kerja kelompok maupun makan indom*e di warung bersama.

Saya ingatkan saya bukan dosen, punya kesempatan menjadi asisten untuk dosen-dosen saya dulu. Tapi, wajah-wajah dan suara-suara tidak semangat/mengantuk/bosan/muak itu kentara dalam video call. Sebagai pengajar, saya ikut sedih juga kecewa. Bingung juga harus membangkitkan semangat bagaimana, dalam posisi seperti ini saya jadi tahu bagaimana rasanya kalau mengajar tapi tidak ditanggapi, tidak ada yang bertanya atau memberikan respons apapun. 

Tempat yang Nyaman dan Tidak Terdistraksi

Untuk yang ini, saya juga memahami faktor-faktor lain yang terjadi ketika seorang mahasiswa memutuskan untuk off camera dan speaker: kondisi rumah sedang ramai atau tidak ada spot khusus yang cukup nyaman untuk belajar dengan tanpa gangguan. Saya juga tinggal di rumah yang kecil, sederhana, cukup untuk berkegiatan. Dulu ketika saya SMP saya merasa kesulitan mengerjakan tugas di rumah karena saya merasa selalu ada saja 'gangguan'. Entah itu suara yang ramai, atau saya diminta untuk membantu, atau juga sayanya yang lebih memilih bersantai menonton televisi (karena ini rumah). 

Saya sendiri mengalami proses adaptasi yang luar biasa selama masa pandemi dan harus bekerja dari kos saja. Saya cenderung tidak disiplin akan waktu, merasa banyak gangguan selama di kamar kos dan sederet printilan yang saya yakin juga dialami kawan-kawan semua. Untuk itu, sebisa mungkin, untuk menyambut proses kembali belajar ini, tips sederhana bagi mahasiswa bisa menyediakan satu sudut di rumah yang jauh dari aktivitas lain pada saat yang bersamaan. Kadang tidak selalu kamar tidur jika kalian tidak merasa termotivasi. Intinya, coba temukan tempat nyaman kalian.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline