Seiring berjalannya waktu, tari tradisional yang sarat dengan makna dan estetika khasnya, perlahan mulai kehilangan tempat di hati generasi muda. Dulu, tari tradisional adalah jantung dari setiap perayaan. Gerakannya yang lembut mampu menghipnotis penonton, Setiap gerakannya sarat makna, mengisahkan sejarah, adat, dan kepercayaan suatu masyarakat. Namun, seiring berjalannya waktu, tarian tradisional perlahan mulai kehilangan pesonanya. Kini tarian ini dianggap kuno dan membosankan oleh sebagian besar generasi muda, terutama di tengah gempuran budaya kpop yang dinamis dan penuh energi iringan musik yang enerjik, gerakan yang bebas, dan tampilan yang lebih kekinian semakin menarik minat, terutama generasi muda. Tekanan untuk tampil lebih menarik dan menghibur membuat para penari dan koreografer kerap kali menambahkan unsur-unsur modern ke dalam tarian tradisional, Para pengamat seni pun tak luput dari pengaruh arus modernisasi ini, ini lebih tertarik pada pertunjukan yang spektakuler dan penuh kejutan. Mereka cenderung memberikan apresiasi lebih tinggi pada tarian-tarian yang telah dimodifikasi dengan gerakan-gerakan yang lebih dinamis dan atraktif, bahkan tak jarang menyerupai gerakan silat atau dance kontemporer. Tekanan pada unsur hiburan dan visual yang instan ini seolah-olah menuntut tari tradisional untuk meninggalkan identitas aslinya dan bertransformasi menjadi sebuah pertunjukan yang lebih mudah dicerna oleh penonton masa kini, Akibatnya, identitas asli dari banyak tarian tradisional terkikis, dan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya pun semakin sulit untuk dipahami oleh generasi penerus.
Dalam upaya untuk menjaga agar tarian tradisional tetap relevan di era modern, seringkali dilakukan berbagai modifikasi dan kreasi. Namun, perlu diingat bahwa terlalu banyak modifikasi dapat mengaburkan identitas asli dari tarian tersebut. Ketika elemen-elemen inti dari tarian tradisional, seperti gerakan, kostum, dan iringan musik, digantikan atau diubah secara signifikan, maka yang tersaji bukanlah tarian tradisional lagi, melainkan sebuah interpretasi modern yang mungkin kehilangan makna dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
Misalnya, sebuah tarian tradisional yang awalnya memiliki gerakan yang lembut dan penuh makna, dapat berubah menjadi tarian yang lebih energik dan modern dengan penambahan gerakan-gerakan akrobatik. Meskipun perubahan ini dapat menarik minat generasi muda, namun pada saat yang sama, makna asli dari tarian tersebut bisa jadi hilang. Begitu pula dengan kostum, penggunaan bahan-bahan modern dan desain yang terlalu menyimpang dari tradisi asli dapat mengurangi nilai estetika dan filosofis dari tarian tersebut.
Modifikasi dalam tarian tradisional dapat menjadi cara yang efektif untuk membuatnya tetap relevan, namun harus dilakukan dengan bijak. Terlalu banyak modifikasi dapat merusak identitas dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Oleh karena itu, penting untuk menemukan keseimbangan antara pelestarian dan inovasi agar tarian tradisional dapat terus hidup dan berkembang dari generasi ke generasi.
Pendidikan juga menjadi kunci dalam melestarikan tarian tradisional. Memasukkan materi tarian tradisional ke dalam kurikulum sekolah sejak dini dapat menumbuhkan apresiasi dan rasa memiliki terhadap warisan budaya bangsa. Selain itu, menyelenggarakan workshop dan pelatihan bagi masyarakat umum, terutama generasi muda, dapat memberikan kesempatan bagi mereka untuk belajar dan berlatih tarian tradisional.
Kerjasama antara seniman, pemerintah, dan masyarakat juga sangat penting. Seniman memiliki peran krusial dalam menciptakan karya-karya tari yang inovatif dan menarik. Pemerintah dapat memberikan dukungan berupa dana, fasilitas, dan kebijakan yang mendukung pelestarian budaya. Masyarakat pun perlu berperan aktif dalam menjaga dan melestarikan tarian tradisional sebagai bagian dari identitas bangsa.
Dengan upaya-upaya tersebut, diharapkan tarian tradisional tidak hanya sekadar menjadi pertunjukan di acara-acara khusus, tetapi juga menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat modern. Tarian tradisional dapat menjadi sarana untuk memperkuat rasa persatuan, melestarikan nilai-nilai luhur, dan memperkaya khazanah budaya bangsa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H