Lihat ke Halaman Asli

Veronica Lusiana

Stay Alive!

Cintaku Habis Dengannya

Diperbarui: 30 Juni 2024   07:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Microsoft Designer

Cuaca siang itu cerah ketika aku pulang ke kampung halamanku, aku Rini seorang gadis keturunan Jawa yang sedang berkuliah di Solo, dan ini adalah tahun terlamaku tidak pulang kampung, karena kesibukan tugas kuliah di semester akhir, menggunakan L300 minibus dari terminal Jombor menuju Bantul "didepan aja mba" kata pak supir, ternyata pak supir ini mengenalku karena pernah menjadi tim sukses pamanku saat mencalonkan diri sebagai anggota DPR. 

Saat itu mobil di penuhi penumpang karena bertepatan dengan warga yang baru pulang dari berbelanja untuk kulakan di pasar Beringharjo, tiba-tiba ada ibu yang bertanya denganku "mba orang mana? dan ini mau kemana?", "mau ke Bantul bu... " sahutku. "Wah kenal den Fitri dong mba?" aku terdiam sejenak dan sedikit berbohong, "rumah saya masih jauh bu" aku menyahut. 

Semua orang dikampung ini bahkan kampung tetangga mengenal Ibuku, ibuku salah satu tokoh yang dihormati dan disegani masyarakat, para warga memanggilnya "Ndoro Ayu", selain karena masih keturunan bangsawan, ia pun dikenal selalu memperhatikan warga yang kesusahan. Merekapun lanjut bercerita antar sesama penumpang, samar-samar aku mendengar cerita mereka "tau ga bu, anak camat itu loh menikah dengan wanita yang ga bener, dalam keadaan hamil lagi, ga menyangka loh kok mau, padahal anak camat itu anak baik-baik". 

Aku meminta pak sopir untuk stop, karena kebetulan sudah sampai persimpangan jalan dekat rumah, jalanan menuju rumahku belum beraspal, masih bebatuan dengan kerikil akupun pamit untuk turun duluan dan berjalan kaki menuju rumah. 

Semua orang menyapaku ketika berpapasan di jalan dengan raut wajah bingung "pulang mba?", "enggeh bu" sahutku, sejenak aku sempat berfikir ada apa kok ekspresinya seperti itu dan akupun berlalu.

Aku menarik nafas lega akhirnya sampai juga dirumah, rumahku memiliki halaman yang luas penuh bunga dan pepohonan yang menghiasi tiap sudut, rumahku bergaya klasik dengan joglo yang lumayan besar penuh dengan pahatan khas jawa nan indah, ini adalah rumah turun temurun dari almarhum nenekku, hingga ibuku dan kami anak-anaknya yang mendiami rumah ini. 

Aku pun memasuki rumah, dan sedikit kaget melihat ibuku duduk dengan raut wajah sedih, "ada apa bu?", ia pun langsung menatapku "Kamu gapapa tho nduk?" aku sempat bingung, seketika ada petir dihatiku, apakah ini yang dimaksud para penumpang dimobil tadi, otakku langsung berfikir menyambungkan kejadian demi kejadian yang ku alami waktu menuju rumah.

Aku memiliki tunangan yang saat itu sedang menempuh pendidikan S2 di Yogyakarta, walapun kami tinggal dikampung yang sama, namun saat ini berpisah jarak karena pendidikan yang sedang kami tempuh. 

Dani seorang pria baik, berpendidikan, dan santun. Aku mengenalnya karena ia adalah teman kuliah kakakku. 

Aku masih SMP ketika ia sering kerumah, Dani adalah cinta pertamaku. Mungkin, ia adalah laki-laki pertama yang menurutku menjunjung tinggi sopan santun, karena ibu keturunan bangsawan, kami di didik dengan khas sehingga mampu memiliki budi pekerti baik. 

Selang beberapa waktu setelah wisuda ia dan keluarganya datang ke rumah untuk melamarku, betapa senangnya hatiku, ternyata selama ini ia memiliki perasaan yang sama denganku. Aku masih SMA saat itu, sehingga kedua keluarga besar memutuskan kami bertunangan dulu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline