Lihat ke Halaman Asli

Veronica Lusiana

Stay Alive!

Kost Ayu

Diperbarui: 2 Juni 2024   11:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

KKN. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Kami berjalan kaki mengelilingi sekitaran kampus mencari kost, aku bersama teman-temanku 1 daerah memutuskan berpencar, jika ada yang lebih murah dan hanya berapa langkah dari depan gerbang kampus, untuk apa bersusah payah mencari yang jauh, karena awal perkuliahan kami rata-rata belum memiliki kendaraan. Tiba di depan pagar kost itu, aku terpesona akan keramahan ibu kost yang datang menyambut kami sendiri, didepan kost tersebut terpampang besar tulisan "Kost Ayu", Ibu menjelaskan dengan ramah dan lembut khas orang Jogja apa saja benefit yang kami dapatkan jika memilih kost disana, selain hanya berjarak sekitar 5 rumah dari kampus, kost tersebut memiliki mini market, mempunyai bapak security yang selalu standby 24 jam, belum loundry yang diambil oleh karyawan ibu kost jadi kami tidak perlu repot mengantarnya, pagar 2 lapis, ya 2 lapis, didalam kost masih terdapat pagar lagi yang jam 21.00 malam tepat akan digembok. Pertama kali mendengarnya aku begitu terkesima, aku membayangkan betapa amannya di kost ini. Ibu kost memiliki 3 art, dan 1 security. Begitu masuk aku langsung membatin "Ya, aku mau kost disini", Kostnya terdiri dari 2 bangunan, sebelah kiri yang tepat dibelakang rumah ibu kost, agak kecil namun harganya terbilang murah, memiliki halaman yang dipenuhi tanaman bunga dan beberapa pohon dengan gazebo tepat ditengah halaman dan sebelah kanan tepat dibelakang mini market ibu, lumayan besar dan memiliki kamar mandi didalam kamar namun harganya fantastis, dan full di isi oleh kakak-kakak tingkat yang mayoritas anak-anak fakultas Farmasi yang pintar, kaya, dan mayoritas adalah cindo dari Jakarta dan bandung. Kami tentu saja memilih yang sebelah kiri, selain murah meriah kostnya sejuk, adem dan tidak panas. Ada banyak peraturan selain laki-laki dilarang masuk, jam malam kami adalah 21.00, jika lewat dari jam itu maka akan digembok dan agak susah membujuk bapak security. 

Malam pertama kami lalui biasa saja karena memang kami lelah berjalan kaki seharian, malam berikutnya kami mulai dekat satu dengan yang lain, kami mulai saling kekamar kost untuk sekedar bercanda gurau. Perkuliahan dimulai dari jam 07.00 pagi, hingga ada hari tertentu yang hingga jam 18.00 sore baru selesai, tentu saja diawal perkuliahan rasanya begitu lelah dan setiap pulang dari kampus kami sibuk dengan istirahat dan tidak sering akupun tertidur disaat maghrib dengan lupa menyalakan lampu. Aku ingat sekali pesan orang tua, jangan tertidur saat maghrib, kalau melihat saudara tertidur harus segera dibangunkan. Namun apa daya anak kost yang saling menghargai privasi satu dengan yang lain, tidak ada yang mengingatkan. Aku bermimpi bertemu dengan mantanku, dalam mimpiku dia datang ke kostku, dia tidak bicara namun menciumku, dan kami melakukan HS di dalam mimpi itu, aku pun bingung kenapa didalam mimpi itu aku seperti menurut saja dan mau saja dibawa apapun. Aku berusaha terbangun namun susah payah sekali, aku berdoa supaya bisa menggerakan badanku, aku merasakan ketindihan tidak mampu menggerakan badanku sama sekali seperti kaku membatu dan setelah berhasil terbangun aku kaget bukan main, kamar dalam keadaan gelap gulita dan hanya secercah cahaya samar dari ventilasi, aku terbangun dengan keringat basah kuyup dan merasakan badanku lelah dan sakit semua,  namun aku berfikir positif, ini hanyalah mimpi. 

Beberapa hari berlalu, mimpi itu datang lagi, mimpi yang sama. Mimpi itu berulang sekitar 3 kali, dalam keadaan yang sama setiap aku terbangun, aku dalam keadaan basah kuyup dan badan terasa sakit dan lelah sekali. Akhirnya aku memutuskan menceritakan dengan teman kostku kebetulan dia juga sekelas denganku, dia mengajakku tidur dikamarnya. Mimpi itu tidak pernah datang lagi, aku tidak pernah lagi tidur dikamarku, kamarku terletak diatas dilantai 2, dan kamar temanku dibawah lantai 1. Temanku sering kali ketindihan, kadang dia seperti mengerang saat tidur dan aku berusaha membangunkannya. Kami berdua sering kali melewati malam dengan takut, namun karena berdua jadi rasa takut sedikit berkurang. Malam itu, ia mengerang lagi, namun bukan erangannya yang ku dengar, aku samar-samar mendengar suara bapak-bapak yang berat berdehem, aku berusaha membuka mata kagetnya aku, aku melihat sosok "poci" mengahadap ke arahku wajahnya hitam, aku sontak kaget dan terbangun. Aku melihat temanku dalam keadaan mengerang, ketindihan lagi pikirku. Aku berusaha membangunkannya, dan ia seperti memelas bilang "kak aku takut", ia memanggilku kakak, karena aku lebih tua darinya. Akupun mengiyakan, aku terlalu takut menceritakan kejadian barusan dikamar itu. Aku mengajaknya," yuk kita ke kamar Lini, kita tidur disana malam ini", ya kamar Lini terletak disebelah tepat kamar temanku Yuni. Aku berusaha tidur, namun selalu terbayang wajah poci tadi, aku berdoa secara katolik namun doa-doa itu seperti mental. Aku meminjam HP Yuni karena kebetulan ia memiliki audio ayat kursi, aku ketakutan hingga subuh dan memilih tidak tidur hingga pagi.

Kami mulai melupakan kejadian beberapa hari lalu, kesibukan kami membuat kami kelelahan hingga tak punya waktu untuk memikirkan hal-hal seperti itu, kami sibuk dengan tugas, memilih menghabiskan waktu di perpustakaan, atau di lorong-lorong kampus untuk menikmati wifi gratis yang disediakan oleh pihak kampus. Aku hampir tidak pernah masuk kekamar kostku, karena memilih tidur dikamar Yuni temanku. Sore itu Yuni pergi keluar dengan teman dari SMAnya dulu, aku memilih tidur karena merasa begitu lelah beberapa minggu ini dan lagi aku tertidur melewati batas, aku tertidur hingga maghrib dalam keadaan kamar gelap karena aku tidak merencanakan tidur sesore itu. Aku mendengar lagi suara samar, suara bapak-bapak itu lagi, "ya si poci!" pikirku. Aku tersentak bangun dari tidurku. Entah kenapa aku merasa si poci ini berusaha membangunkanku, aku merasa tidak takut sama sekali, aku merasa dia melindungiku dari sesosok hal lain yang aku sendiri takut membayangkannya. 

Aku berkenalan dengan kakak tingkat dari fakultas psikologi, kamarnya berseberangan dengan Yuni, kami duduk digazebo antara depan kamar Yuni dan kamarnya, aku menceritakan mimpiku, dan ia  nampak tersenyum kecil sambil berpesan "hati-hati ada genderuwo naksir kamu", wajahku berubah, dan menjadi ketakutan seketika. "Maksudmu apa kak? ada genderuwo naksir aku itu gimana maksudnya? aku ga faham coba jelaskan lebih terperinci!". Ia mulai bercerita, ia adalah seorang indigo, ia mulai bercerita kamu ga penasaran bapak kost dan ibu kost hanyalah seorang guru namun mereka memiliki kekayaan yang tidak masuk akal, lihat mobilnya, aku langsung melihat mobil yang terparkir didepan kost. Mobil-mobil mewah, hingga perabotan mewah yang seperti terbuat dari kristal, yang bahkan aku belum pernah melihatnya. Ibu kost memiliki anak yang terbilang sukses, yang satu seorang apoteker dan memiliki apotik sendiri di Bandung, dan yang satu lagi seorang TNI AU. Kami mulai menerka-nerka darimana sumber kekayaan ibu kost hingga memiliki kost sebesar ini, belum cabang kostnya yang berada dibeberapa wilayah lengkap dengan mini marketnya. Kami mulai berfikir, bahwa ibu kost menggunakan pesugihan makanya kost kami seperti ada-ada saja kejadian aneh yang tak ada habisnya.

Tak terasa bulan desember datang dengan cepatnya, kami memilih pulang kampung ke daerah kami masing-masing, kami melupakan kejadian tadi. Saat tiba awal semester di bulan januari, kami mulai kembali ke rutinitas semula, dan teror mulai datang lagi dengan lebih kentara, ia seperti mulai tidak malu-malu lagi. Terkadang kami mendengar suara tangisan samar-samar namun pasti, kami sampai mengetok semua kamar disekitar tangga namun tidak ada yang sedang menangis, bahkan kami mendengar suara tangisan itu secara beramai-ramai,  ada suatu ketika teman kami Ani ketika ke toilet dilantai 2, ada sesuatu yang jatuh dari pohon, namun setelah dilihat tidak ada apa-apa yang jatuh. Awalnya aku berdua Yuni, sekarang anggota kami dikamar bertambah satu yaitu si Titi dari kamar ujung yang mulai ketakutan tidur sendiri seperti kami. Pernah suatu ketika, kami terbangun ditengah malam dan mendapati ada sesosok bayangan besar hitam didepan kamar. Kami serentak berdoa masing-masing sesuai keyakinan kami, dan setelah itu aku reflek memperciki kamar menggunakan air suci dari gua Maria yang ku miliki sejak lama, setelah itu teror pun berlalu. 

Kami sepakat untuk pindah kost padahal kami sudah membayar kost setahun penuh, namun ketakutan terlalu mengganggu aktivitas kami sehari-hari. Kami bertiga memilih berpisah kost, dan memulai perkuliahan kami dengan damai tanpa teror apapun lagi. Walapun pindah dan berjauhan kami tetap menghabiskan waktu untuk sekedar makan,nongkrong,ke mall dan ketempat wisata lainnya bersama-sama. Ketakutan kami membuat kami lebih dekat satu dengan yang lain, dan saling melindungi. Terima kasih sudah menemaniku disaat mencekam, disaat aku tidak tau mau kemana lagi, terima kasih sudah menawariku waktu itu dan menemaniku dikala malam. Yogyakarta, 2009.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline