Lihat ke Halaman Asli

Veronica Ari

Ad maiorem Dei gloriam

Teori Kecerdasan Majemuk - Howard Gardner

Diperbarui: 17 November 2021   16:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pada dasarnya manusia diciptakan Tuhan dengan keunikannya masing-masing, berbeda satu dengan yang lainnya, begitu juga dalam hal kecerdasan. Namun, pada kenyataannya dalam dunia pendidikan cenderung menyamaratakan standar kecerdasan antara satu anak dengan anak lainnya menggunakan satu aspek yaitu aspek kognitif saja. 

Padahal setiap manusia memiliki keunikan yang berbeda-beda yang mungkin diperolehnya dari pengaruh lingkungan sekitar, keluarga, masyarakat, sekolah atau pun dari lingkungan lainnya yang juga dapat mempengaruhi karakter dasar setiap individu.

Howard Garner, seorang tokoh pendidikan dan juga psikolog terkenal dari Amerika mencetuskan teori tentang kecerdasan majemuk atau multiple intelligences. 

Adapun yang menjadi tujuan teori ini yaitu agar setiap kecerdasan yang dimiliki seorang anak, tidak hanya dinilai dengan cara menguji keahliannya dalam memahami dan menyelesaikan soal-soal logika-matematika, sebagaimana yang dilakukan dalam sebuah tes yang biasa kita kenal dengan tes IQ.

Dalam bukunya Frames of Mind, pada mulanya Gardner menemukan tujuh kecerdasan. Kemudian, berdasarkan kriteria karakteristik konsep kecerdasan yang dibuatnya, Gardner menemukan kecerdasan yang kedelapan, yaitu naturalis, dan yang terakhir Gardner memunculkan adanya kecerdasan yang kesembilan, yaitu kecerdasan eksistensial. Berikut sembilan kecerdasan menurut Garner:

  • Kecerdasan Verbal Linguistik, merupakan kemampuan untuk berkomunikasi secara lisan dan tertulis dan juga kemampuan untuk menguasai beberapa bahasa dengan baik. Ciri-ciri seorang anak memiliki kecerdasan ini adalah kuat dalam bidang bahasa, jago berdebat, mudah menginat informasi baik verbal maupun tertulis, suka menulis dan membaca, dan dapat menjelaskan sesuatu dengan baik.

  • Kecerdasan Musik, merupakan kemampuan dalam mempelajari dan melakukan pagelaran seni musik dan tari serta menciptakannya. Dalam hal ini seorang anak mampu memahami dan membuat melodi, irama, nada, vibrasi, suara, dan ketukan hingga menjadi sebuah lagu.

  • Kecerdasan Matematika-Logis, yaitu kemampuan untuk mempelajari sesuatu yang membutuhkan daya abstraksi yang tinggi dan kemampuan dalam memecahkan masalah yang rumit disertai dengan argumentasi yang logis. Seorang anak yang memiliki kecerdasan ini biasanya mampu mengolah angka, matematika, dan logika untuk memahami dan menemukan berbagai pola, baik pola pikir, pola visual, pola jumlah, dan juga pola warna.

  • Kecerdasan Spasial Visual, merupakan kemampuan untuk mengetahui lokasi atau tempat secara tepat, kemampuan untuk menyelesaikan pekerjaan yang membutuhkan kemampuan visualisasi tiga dimensi. Anak dengan tipe ini biasanya lebih mengandalkan imajinasi dan senang dengan bentuk, gambar, pola, desain, dan juga tekstur.

  • Kecerdasan Kinestetik-Jasmani, kecerdasan ini menunjukkan keterkaitan kecerdasan fisik yang sangat berkembang sehingga seseorang mampu untuk menggunakan tubuh dengan cara yang berbeda dan terampil. Secara umum, mereka mencari harmoni antara pikiran dan tubuh, yaitu pikiran dilatih untuk menggunakan tubuh dengan benar dan tubuh dilatih untuk menaggapi kekuatan ekspresif pikiran.

  • Kecerdasan Interpersonal, merupakan kemampuan dalam menyentuh perasaan seseorang untuk menerima sebuah saran atau anjuran.

  • Kecerdasan Naturalis, yaitu kemampuan untuk memahami berbagai spesies yang berbeda-beda, yaitu dengan memahami pola kehidupannya, kemudian mengklasifikasikan, dan melestarikannya. Bisanaya anak-anak yang memiliki kecerdasan naturalis lebih condong menyukai pelajaran Sains.

  • Kecerdasan Intrapersonal, merupakan kemampuan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri atau self awerness. Pada tingkat yang paling maju, kecerdasan ini memungkinkan seseorang untuk mendeteksi dan melambangkan perasaan yang kompleks dan sangat berbeda. 

  • Hal ini dapat dilakukan dengan cara : a) membiasakan anak untuk menyampaikan segala kebutuhan, keinginan, dan pendapatnya, b) memanfaatkan beragam ekspresi wajah, misalnya ketika anak bersedih, senang, dan emosi, mereka memahami bagaimana cara menggambarkannya. 

  • Selain itu, c) melatih anak untuk memilih apa yang benar-benar disukai bukan karena pengaruh orang lain dan juga, d) ajakan anak meredam rasa marah, e) jika anak bersedih biarkan ia menangis dan mengekspresikan perasaannya.

  • Kecerdasan Eksistensial, merupakan kecerdasan majemuk yang membuat seorang anak mampu mengajukan dan mencari jawaban pertanyaan mendalam tentang eksistensi manusia, sehingga dengan kata lain seorang anak pada kecerdasan ini mampu berpikir kritis.

Teori ini memiliki kelebihan dan kekurangan, yang menjadi kelebihannya yaitu aktivitas pengajaran disesuaikan dengan ragam kecerdasan yang dimiliki dapat menumbuhkan semangat belajar dan rasa percaya diri setiap siswa, melalui multiple intelligences ini siswa belajar untuk lebih manggali potensi yang ada pada dirinya, metode ini dirasa efektif karena mampu meningkatkan aktivitas dan kreatifitas siswa dalam bentuk interaksi, baik dengan sesama siswa maupun siswa dengan guru. 

Selain kelebihan, kekurangan dari teori ini adalah alokasi waktu yang tersedia tidak sebanding dengan jumlah materi yang diajarkan, guru memiliki wewenang untuk memilih materi-materi esensial yang akan diajarkan kepada siswanya akan tetapi dalam kurikulum materi disamaratakan tanpa memikirkan kecerdasan yang dimiliki setiap anak.

Dengan demikian, mau tidak mau seorang guru harus membantu dan mendorong siswa untuk mengambangkan bakat mereka, hal ini dapat dilakukan dalam setiap pembelajaran atau mata pelajaran yang kita berikan, misalnya dalam penugasan atau dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berekspresi, dan mengembangkan talenta yang ia miliki. 

Kita harus selalu ingat bahwa, seorang anak yang tidak menguasai satu kecerdasan bukan berarti ia tidak cerdas, bisa saja anak tersebut menonjol pada kecerdasan yang lain. 

Nah, ini yang harus kita gali, sebagai seorang guru kita harus selalu ingat bahwa setiap anak adalah unik, kita tidak bisa menyamaratakan, maka kita harus menghargai, mengapresiasi, dan memfasilitasi setiap perkembangannya, setiap prestasi, dan keunikan dari setiap individu.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline