Lihat ke Halaman Asli

Veronica Ari

Ad maiorem Dei gloriam

Jerome Bruner - Kurikulum Spiral

Diperbarui: 4 November 2021   11:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Belajar menyenangkan merupakan impian pembelajar baik guru maupun siswa. Seorang tokoh dan seorang ahli psikologi kognitif yang kita kenal dengan nama Jerome Bruner memiliki ide dasar yang berasal dari Jean Piaget. Ia menyatakan bahwa seorang anak harus berperan secara aktif dalam belajar di kelas.

Menurutnya, belajar melalui penemuan atau pengalaman sendiri dan berusaha untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya dapat menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna bagi seorang anak. Teori belajar ini dikenal dengan nama "discovery" yaitu belajar dengan menemukan konsep sendiri. Namun, semua itu tetap memerlukan peran serta seorang guru terlebih bagi anak-anak yang belum mencapai kemampuan tertentu atau masih mengalami kesulitan belajar.

Selain itu, teori Bruner ini menuntut pengulangan-pengulangan dalam prosesnya, maka desain yang berulang-ulang tersebut disebut dengan kurikulum spiral. Kurikulum spiral menuntut guru untuk memberikan kegiatan setahap demi setahap dari yang sederhana ke yang kompleks, dimana dalam kegiatan yang sebelumnya sudah diberikan dan pada suatu saat akan muncul kembali secara terintegrasi pada materi yang baru yang lebih kompleks, demikian seterusnya sehingga anak mempelajari pengetahuan secara utuh.

Bruner mengemukakan bahwa belajar melibatkan 3 proses yang saling berkaitan, yaitu tahap informasi (penerimaan materi), tahap transformasi (pengubahan materi), dan tahap evaluasi (penilaian materi). Selain itu, Bruner juga menjelaskan 3 moda representasi dalam tahapan perkembangan kognitif, diantaranya; enaktif (representasi berbasis tindakan), ikonik (representasi berbasis gambar), dan simbolik (representasi berbasis bahasa).

Berdasarkan tahapan-tahapan di atas, proses pembelajaran yang dapat kita amati yaitu ketika anak-anak belajar di kelas kecil, mereka mulai belajar dari hal-hal yang konkret yang dekat dengan mereka sehingga konsep dari pengetahuan tersebut sudah mereka kuasai dan akan diulang kembali dengan hal-hal atau materi-materi yang lebih kompleks ketika mereka sudah berada di kelas besar.

Namun, bagaimana jika terdapat anak-anak yang belum sampai pada tahapan tersebut? Nah, di sini lah peran seorang guru sebagai fasilitator yang akan memberikan pendampingan bagi anak-anak tersebut agar dapat mengejar ketinggalan dalam memahami sebuah konsep. Berdasarkan  pengalaman yang mereka dapatkan dari proses belajar yang mereka lakukan sendiri, pengetahuan akan tersimpan lebih lama dan memiliki efek transfer yang lebih baik, sehingga membuat mereka mendapatkan pengalaman yang utuh dan menyeluruh yang pada akhirnya akan membuat seorang anak mencapai kemandirian dalam balajar.

Pembelajaran dengan model Discovery Learning ini memiliki kelebihan dan kekurangan, kelebihannya yaitu; menimbulkan rasa ingin tahu, meningkatkan pengalaman dan kemampuan untuk berpikir secara bebas, melatih keterampilan kognitif anak-anak dalam menemukan dan memecahkan masalah tanpa bantuan orang lain, pengetahuan yang diperoleh akan bertahan lebih lama dan lebih mudah diingat. Selain kelebihan, terdapat beberapa kekurangan, diantaranya; belum tentu dapat diaplikasikan jika kondisi dan sistem belum mendukung, menuntut anak untuk memiliki kesiapan mental, berani, dan keinginan untuk mengetahui keadaan di sekitarnya, dalam proses pembelajarannya memerlukan waktu yang cukup lama dan memerlukan pendampingan seorang guru untuk menghindari kekacauan atau kekaburan pada materi yang dipelajari.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, belajar harus membuat seseorang menjadi pembelajar yang mandiri. Berawal dari tahapan kognitif masing-masing anak, scafolding berupa pendampingan dan arahan dari guru, dan penerapan kurikulum spiral yang terus menerus, akan membuat anak-anak dapat mencapai kemandirian dalam belajar. Proses belajar akan berjalan dengan baik apabila materi pelajaran dapat berkesinambungan atau saling terkait dengan kognitif yang sudah dimiliki oleh setiap anak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline