Kepada para pendukung Ahok, terdahulunya saya mohon maaf. Saya sendiri belum tahu mau mendukung siapa. Kalau saya jadi penduduk Jakarta mungkin saya sudah ikut bergabung dengan ‘Teman Ahok’ karena media massa di Jakarta bahkan media nasional tak pernah seharipun alpa memberitakan sosok Ahok. Wajar, karena Ahok adalah “besi berani“nya berita.
Istilah ‘besi berani’ adalah sebutan lain kata ‘magnet’. Guru Sekolah Dasar saya dulu menggunakan istilah ini untuk mempermudah kami memahami sifat dasar ‘magnet’ yang mengalahkan semua besi (logam, tembaga, alumunium dll) dengan cara menarik semua benda yang mengandung logam yang berada dalam jangkauannya ke dalam ‘kekuasaannya’.
Magnet bisa disebut ‘besi berani’ karena ia memiliki dua kutub, positif dan negatif. Ahok menjadi sosok Cagub yang kuat karena ada sejumlah predikat positif dan negatif yang dimilikinya, maupun yang diberikan publik kepadanya melalui media (massa maupun sosial). Tidak hanya publik Jakarta, tetapi juga publik nasional. Siapa yang tak kenal Ahok si ‘besi berani’ ini?
Sekali lagi, saya bukan warga Jakarta. Saya ber-KTP Sumatera Utara. Jika Anda juga bukan warga Jakarta, mari sejenak kita tinggalkan si-‘besi berani’ ini, karena Pilkada tidak hanya soal Ahok.
Cobalah beralih ke sosok lain yang mewarnai Pilkada di daerah Anda. Saya yakin, menjelang Pilkada 2017 di daerah Anda ada “Ahok-Ahok’ lain yang layak diberi predikat ‘besi berani’. Walau ia tak se-‘berani’ Ahok (eh…Ahok lagi), tetapi ia memiliki daya tarik yang kuat bagi masyarakat untuk memilihnya, maupun daya tarik bagi lawan-lawan politik untuk mengalahkannya.
Jika Anda mau mendukungnya menjadi pemimpin lima tahun ke depan di daerah Anda, dan ia sudah mendeklarasikan diri akan maju dalam Pilkada nanti, maka bacalah baik-baik beberapa tips dari LINK di bawah ini, sehingga Anda punya sedikit kontribusi bagi kemenangannya. Berikut, beberapa peluang perbuatan curang yang perlu Anda waspadai: Cek di sini dan di sini
Atau sebaliknya, jika jagoan Anda bersama tim suksesnya berbuat curang, laporkan kepada pihak yang berwenang untuk ditindak, karena Anda, saya, dan kita semua tentu tidak ingin punya pemimpin pengecut, yang menghalalkan segala cara demi mendapatkan kemenangan. Maka, semakin banyak mata yang mengawasi, semakin kecil peluang berbuat curang.
Lebih dari itu, Pilkada, tidak hanya soal menyalurkan atau memberikan suara dan menghitung hasilnya. Pilkada juga bukan soal menang dan kalah. Tetapi juga soal proses pendewasaan demokrasi. Proses pelaksanaannya dari awal hingga akhir butuh pengawasan langsung dari seluruh rakyat.
Ada kepentingan lain yang nilainya jauh lebih penting dari itu, yaitu keinginan bersama seluruh rakyat dari Sabang sampai Merauke dalam kerangka Negara Kesatuan Indonesia untuk mewujudkan kehidupan demokrasi yang semakin dewasa dan bermartabat. Demokrasi yang dewasa dan bermartabat tidak memberi tempat kepada perbuatan curang, melanggar aturan main, apalagi menteror dan mengintimidasi rakyatnya sendiri. Intimidasi juga dapat dalam bentuk money politics serta seribu janji memberikan uang jika menang…dst.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H