[caption id="attachment_289621" align="aligncenter" width="561" caption="Kunjungan Kerja Gubernur Papua ke Kabupaten Yahukimo 19/9/2013 (Foto: bintangpapua.com)"][/caption]
Ini adalah pernyataan sangat menyejukan dari seorang Putera Koteka pertama dari Pegunungan Papua yang menjadi Gubernur Papua. Dalam kunjungan kerja pertamanya ke wilayah Kabupaten Yahukimo kemarin (19/9/2013) Gubernur Lukas Enembe didampingi Pangdam XVII Cenderawasih Mayjend Christian Zebua bertatap muka dengan masyarakat setempat di halaman Kantor Bupati Yahukimo.
“Kita orang pegunungan bukan orang miskin. Orang pegunungan bukan pemberontak. Orang pegunungan bukan peminta – minta. Orang pegunungan punya harga diri dan martabat,” demikian sebagian isi sambutan Lukas yang disambut sorak-sorai masyarakat. http://bintangpapua.com/index.php/lain-lain/k2-information/halaman-utama/item/8688-gubernur-minta-maaf-kepada-masyarakat-yahukimo
Pernyataan Gubernur Papua yang juga mantan BupatiPuncak Jaya ini memiliki dua makna positif. Pertama, benar bahwa di wilayah pegunungan sering terjadi aksi-aksi penembakan yang dilakukan kelompok sipil bersenjata, lebih-lebih di wilayah Kabupaten Puncak Jaya yang pernah dipimpinnya. Tetapi aksi itu sama sekali tidak mewakili aspirasi seluruh masyarakat pegunungan.
Gubernur pernah membuat pernyataan bahwa jumlah kelompok OPM bersenjata di seluruh Papua hanya sekitar seribu orang, yang terpecah-pecah dalam berbagai kelompok kecil dengan pemimpinnya masing-masing. Sementara jumlah warga pegunungan ada sekitar 900 ribu penduduk. Apalah artinya seribu berbanding 900 ribu?
Karena itu, Gubernur dalam berbagai kesempatan pernah menyatakan bahwa ‘kelompok seribu’ itu adalah saudara-saudaranya yang masih ‘berseberangan’ atau belum seiring-sejalan membangun Papua. Ia sudah punya program khusus untuk membangun komunikasi dengan kelompok-kelompok itu.Memang tidak mudah, tetapi Putera Koteka ini sudah memulainya.
Makna kedua, dengan terpilihnya dirinya menjadi Gubernur Papua dengan dukungan suara nyaris bulat dari para ondoafi, kepala suku besar, pimpinan DPRD, bupati, dan mayoritas terbesar masyarakat dari 8 kabupaten di seluruh wilayah Pegunungan Tengah membuktikan bahwa masyarakat dan seluruh tokoh-tokoh di sana sangat koperatif mendukung kemajuan Papua dalam bingkai NKRI. Mereka telah mengutus putera terbaik dari Pegunungan Tengah untuk memimpin Papua semakin mandiri dan maju sejajar dengan provinsi-provinsi lainnya di Indonesia. http://regional.kompasiana.com/2013/01/22/putra-koteka-dari-pegunungan-akan-memimpin-papua-521846.html
Makanya Lukas agak alergi dengan predikat ‘separatis’ yang sering dilontarkan sebagian kalangan bagi saudara-saudaranya dari wilayah pegunungan Papua. Ironisnya, anggapan itu juga datang dari saudara-saudaranya sesama orang Papua non pegunungan.
Namun Lukas tidak lantas marah.Setelah hampir enam bulan menjadi Gubernur, ia sudah berkeliling dari satu kabupaten ke kabupaten lain melakukan kunjungan kerja, membenahi kinerja birokrasi, meresmikan bangunan gereja dan memberi bantuan ini-itu, tetapi untuk wilayahnya sendiri mendapat jatah kunjungan kerja paling akhir.
Menurutnya, itu dilakukannya sesuai dengan nilai kearifan lokal dan budaya Orang Pegubungan.
“Jadi, kita berkebun dan pelihara babi untuk kasih makan orang lain...kita punya budaya di gunung, yakni membuat sesuatu kepada orang lain atau melayani masyarakat Papua yang ada di daerah lain terlebih dahulu,” ucap gubernur seraya meminta maaf kepada masyarakat Yahukimo yang sudah lama merindukan kedatangannya.
Gubernur menekankan kepada seluruh masyarakat Kabupaten Yahukimo tentang pentingnya kerjasama dan menjaga situasi kondisi keamanan dalam mendukung sukses jalannya pemerintahan khususnya di Provinsi Papua, serta senantiasa meningkatkan kepedulian dan kepekaan terhadap semua masyarakat Papua.