Lihat ke Halaman Asli

Setelah Protes BBM Berlalu, Inilah Ancaman Berikutnya

Diperbarui: 25 Juni 2015   07:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bulutangkis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Vladislav Vasnetsov

Lebih dari sepekan negeri ini dilanda gemuruh anti-kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Demonstrasi menentang kebijakan pemerintah terkait harga BBM itu terjadi di banyak daerah. Mulai dari aksi damai hingga aksi-aksi anarkistis. Hasil akhirnya, pemerintah tidak akan menaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi per 1 April ini. Sesuai dengan aturan baru dalam APBN-Perubahan yang diputuskan melalui rapat paripurna DPR, Sabtu (31/3/2012), jika terjadi lonjakan harga minyak pada bulan-bulan mendatang, pemerintah berkewajiban mengkaji ulang harga BBM yang ada. Keputusan itu tentu saja membuat kita sebagai bangsa merasa lega.

Setelah gejolak BBM usai, kita kembali dikejutkan oleh berita dari Australia, terkait keberadaan pangkalan militer Amerika Serikat (AS) di negeri Kanguru itu. Yakni bahwa sebuah pulau yang letaknya hanya berjarak sekitar 3000 km dari Jakarta akan dijadikan pangkalan militer AS tersebut. Pulau itu bernama Pulau Cocos.

Letak pulau yang strategis itu kabarnya telah menarik minat AS untuk membangun pangkalan militernya di sana. Dan menurut rencana di pangkalan itu, Amerika Serikat akan menempatkan pesawat-pesawat intai tak berawaknya.

Untuk tujuan tersebut, pekan lalu Wakil Menlu AS Kurt Campbell berkunjung ke Canberra untuk mendiskusikan hal tersebut dengan Menlu Australia Bob Carr.

Menanggapi rencana itu, juru bicara Kementerian Pertahanan Indonesia, Brigjen Hartind Asrin mengatakan untuk menghindari kesalahpahaman sebaiknya pemerintah Australia dan AS segera menjelaskan tujuan pembangunan pangkalan itu.

"Secara prinsip Indonesia tidak memiliki wewenang untuk ikut campur dalam rencana mereka. Namun, kami meminta mereka menjelaskan tujuan menempatkan pesawat tak berawak dekat wilayah Indonesia," kata Asrin.

Asrin menambahkan upaya untuk memperjelas masalah ini didasarkan pada keinginan untuk menjaga hubungan baik dan rasa saling percaya antara Indonesia dengan Australia dan AS.

(LIHAT)
Tetapi Menteri Luar Negeri Australia Bob Carr menepis anggapan tersebut. Memang tersirat kabar bahwa AS bermaksud untuk menggunakan pulau itu untuk mengoperasikan pesawat tanpa awak.

"Dapat saya katakan pagi ini, Menteri Luar Negeri Indonesia menelpon saya untuk mencari informasi mengenai masalah ini (Pulau Cocos) dan dapat saya katakan kepadanya, bahwa proposal mengenai Pulau Cocos, lebih bersifat prospek jangka panjang. Hal ini belum dibicarakan dalam tingkat menteri di Australia," ujar Menlu Carr sebagaimana diberitakan Radio Australia, Jumat (30/3/2012).

Menurut Menlu Carr, sebelumnya Menteri Pertahanan Stephen Smith memang menyebutkan bahwa Pulau Cocos dapat dilihat sebagai aset strategis bagi Australia. Namun Carr kembali menegaskan belum ada pembicaraan tentang langkah apa yang akan diambil oleh Australia, terkait Pulau Cocos tersebut.

"Kami tentunya akan berhubungan dengan partner regional kami, seperti Indonesia sebagai rekan untuk meminta pendapat mengembangkan (potensi) ini," tuturnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline