Lihat ke Halaman Asli

Kenapa Jokowi Selalu Mulai dari Papua?

Diperbarui: 17 Juni 2015   23:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1411621005395302849

[caption id="attachment_361588" align="aligncenter" width="464" caption="audio conference Jokowi dengan masyarakat Papua dalam program "][/caption]

Kita tentu masih ingat, ketika pertama kali Jokowi berkampanyemenuju Pilpres 2014, ia memulainya dari Papua. Itu dilakukannya tanggal 5 Juni 2014 lalu. Kendati pada hari yang sama terjadi aksi penembakan kelompok sipil bersenjata di areal perbatasan RI-PNG di Skow, Wutung, namun aksi itu sama sekali tidak menyurutkan niat dan agenda kampanye Jokowi di Kota Jayapura hari itu. Bahkan, Jokowi sempat blusukan ke pasar tradisional Yotefa di pusat Kota Jayapura. Sebuah ‘ritual’ yang telah menjadi icon dari sosok Jokowi.

Kini, setelah Jokowi menjadi Presiden terpilih, blusukan tetap melekat pada dirinya. Namun dengan semakin padatnya agenda kerja seorang Presiden terpilih serta ribetnya urusan pengawalan dan pengamanan, program blusukan tidak bisa sepenuhnya dilakukan secara fisik. Tanpa mengurangi substansi blusukan, Jokowi kini menerapkan program blusukan dengan bantuan ITyaitu elektronik blusukan (e-Blusukan), sebuah sistem blusukan secara online untuk membantu Jokowi saat melaksanakan tugasnya. Sistem ini dibuat oleh PT Telekomunikasi Indonesia Tbk untuk mendukung kinerja pemerintahan.

Dalam acara uji coba program e-Blusukan ini pada Rabu (24/9/2014) Presiden terpilih Jokowi 'blusukan' ke masyarakat adat di Papua melalui audio conference atau melalui sambungan telepon. Percakapan itu berlangsung dari ruang kerja Jokowi, yang masih menjabat Gubernur DKI Jakarta, di Balaikota, Jakarta. Beberapa perwakilan masyarakat adat Papua turut mendampingi Jokowi dalam perbicangan itu di Balaikota Jakarta.

Salah seorang warga Papua yang berdiri dekat Jokowi, tampak menyodorkan telepon selulernya kepada Jokowi. Dari telepon tersebut, ratusan warga yang telah berkumpul ramai-ramai menyapa Jokowi dari telepon genggam dan mereka pun menyampaikan ucapan selamat dan sejumlah harapan kepada Jokowi agar memprioritaskan pembangunan di Papua. Seperti pembangunan infrastruktur dan meningkatkan kualitas pendidikan agar para pemuda di Papua tidak kalah berkualitas dengan pemuda-pemuda di daerah lainnya.

Merespons permintaan itu, Jokowi pun melalui saluran telepon berjanji akan memproioritaskan pembangunan di Papua, khusunya membangun sumberdaya manusia di Papua dengan meningkat kualitas pendidikan dengan mengadakan berbagai program pelatihan-pelatihan.

"Terutama pemudanya, itu menjadi prioritas," ujar Jokowi.

Jokowi memberikan contoh pembangunan manusia yang akan dilakukan antara lain dengan memberikan pelatihan terhadap muda-mudi lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) dan perguruan tinggi.

“Kita ingin ada pelatihan ada rekrutmen, pemuda-pemuda lulusan SMA, maupun universitas yang akan di-training secara khusus untuk menjadi pengusaha. Baik yang akan menjadi operator-operator. Akan jadi manajer di perusahaan, supervisor di perusahaan,dll," papar Jokowi. http://nasional.kompas.com/read/2014/09/24/13170681/Jokowi.Blusukan.ke.Papua.Lewat.Telepon

Mendorong Wirausahawan

Terlepas dari urusan teknis per-IT-an dalam e-Blusukan di atas, saya menangkap sebuah visi besar di balik percakapan (audio conference) antara Presiden terpilih Jokowi dengan masyarakat Papua tersebut. Yaitu visi Jokowi untuk menciptakan sebanyak mungkin pengusaha atau wirausahawan di negeri ini.

Hal ini erat kaitannya dengan tantangan ekonomi global yang sedang dihadapi Indonesia dalam kompetisi perdagangan bebas ASEAN Economic Community (AEC atau MEA) yang semakin dekat. Eekonomi sangat erat dengan ketidakstabilan (kata Joseph Schumpeter dalam buku Business Cycle yang ditulisnya), sehingga kita membutuhkan wirausahawan-wirausahawan (entrepreneur) yang mampu berinovasi dalam menghadapi tantangan dinamisasi perekonomian yang ada.

Data BPS tahun 2012 menunjukkan jumlah pengusaha yang mampu mendorong perekonomian di Indonesia hanya 1,56 persen dari jumlah penduduk (atau 3,74 juta orang). Coba bandingkan dengan beberapa negara ASEAN lainnya, seperti Malaysia sebesar 2,1 persen, Thailand sebesar 4,1 persen, Singapura yang memiliki jumlah wirausahawan 7,2 persen dari total jumlah penduduknya.

Kembali mengutip Joseph Schumpeter, Kewirausahaan menjadi upaya strategis dalam menghadapi era pasar global dan AEC. Semakin banyak pengusaha pada suatu negara, semakin banyak perusahaan yang didirikan, yang berarti pula semakin banyak tercipta lapangan pekerjaan. Ekspor akan meningkat, sedangkan impor segala macam kebutuhan akan menurun drastis.

Maka sudah tepat visi Jokowi untuk menggandakan wirausahawan di Indonesia sebanyak mungkin. Apalagi Jokowi berlatar belakang wirausahawan, tentu himbauannya benar-benar lahir dari hati. Dan sebagian ruang hati Jokowi itu sudah diperuntukan bagi kemajuan Papua. Ia ingin mencetak sebanyak mungkin wirausahawan di Papua, dari orang Papua sendiri, khususnya dari kalangan muda-mudi yang baru lulus sekolah, apalagi dari lulusan perguruan tinggi.  Tujuannya, seperti kata Jokowi di atas:“Sehingga nanti saat pembangunan besar-besaran di Papua, yang berperan masyarakat Papua, pelakunya ya pemuda-pemuda Papua." Semoga [*]




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline