Lihat ke Halaman Asli

Aksi Peduli Papua yang Patut Dicontoh

Diperbarui: 17 Juni 2015   17:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14157688151061098508

[caption id="attachment_374568" align="aligncenter" width="533" caption="ilustrasi: negeritimur.com"][/caption]

Buku adalah gudang ilmu dan jendela dunia. Tetapi tidak semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk membacanya lantaran berbagai keterbatasan. Bagi anak-anak yang tinggal di kota, mereka memiliki banyak pilihan untuk membaca buku apa saja. Tetapi tidak demikian dengan anak-anak yang tinggal di desa, terlebih anak-anak yang tinggal di belahan timur, khususnya Papua.

Merasa prihatin dengan kondisi yang demikian, sejumlah anak muda asal Papua yang sedang mengenyam pendidikan tinggi di Jawa, khususnya di Kota Semarang, merasa terpanggil melakukan aksi peduli dengan cara mengumpulkan buku-buku bacaan lalu mengirimkannya ke berbagai wilayah di Papua.

Cara mereka mengumpulkannya tergolong unik dan layak dicontoh. Dua tahun lalu mereka membentuk sebuah komunitas, namanya Komunitas Buku untuk Papua”. Tidak hanya orang Papua yang berhimpun di dalamnya tetapi juga melibatkan generasi muda dari kelompok etnis lain yang memiliki kepedulian yang sama.

Salah seorang pegiat Komunitas Buku tersebut, Ario Ivano menuturkan, minat baca anak-anak di Papua cukup tinggi. Semangat belajar mereka pun tak kalah dari anak-anak yang tinggal di kota disertai dukungan dari orangtuanya yang mulai sadar akan pentingnya pendidikan bagi anak-anak mereka.

‘’Sayang sekali, anak-anak di Papua kesulitan mengakses bahan bacaan yang bisa menunjang proses belajar mereka, lebih-lebih yang masih tinggal di pedalaman. Buku di sana menjadi harta karun yang teramat mahal,’’ ungkap mahasiswa Teknik Sipil Undip Semarang asal Papua itu.

Menurut Ario, harga buku di Papua bisa dua kali lipat dari harga buku di Jawa. Belum lagi biaya pengiriman buku yang kadang lebih mahal dari harga buku itu sendiri. Itu sebabnya, para anggota komunitas gencar melakukan kampanye donasi buku untuk anak-anak Papua. Buku-buku hasil donasi akan dikirim ke sekolah, perpustakaan atau rumah baca yang dibuat oleh komunitas mereka, seperti di Wamena, Nabire, Biak, Jayapura, Sorong, Timika, hingga ke Merauke.

‘’Di sana ada anggota komunitas yang siap mengurus buku-buku yang masuk ke rumah baca kami. Para anggota komunitas di sana juga akan membantu anak-anak untuk belajar membaca, menulis, dan berhitung. Anak-anak bisa kapanpun membaca di rumah baca milik komunitas dan belajar secara gratis,” terang Ikhsanti Syafaati, anggota komunitas asal Sorong.

Kelas Cerdas

Kelas cerdas adalah teknik yang mereka gunakan untuk mengumpulkan para donatur. Sebuah forum yang rutin digelar setiap bulan dengan mendatangkan seorang pakar di bidang tertentu. Para donatur buku yang datang ke forum tersebut dapat berdiskusi dan sharing pengalaman dengan pakar tersebut.

“Tiket agar bisa mengikuti Kelas Cerdas itu adalah membawa satu buku bacaan anak-anak untuk disumbangkan,” jelas Ikhsanti.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline